Senin 14 Nov 2016 09:15 WIB

Aksi Bom Samarinda tak Refleksikan Nilai-Nilai Religi

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Tim Gegana Brimob Polda Kaltim mengamankan benda diduga sisa bom di lokasi ledakan di depan Gereja Oikumene Kecamatan Loa Janan Ilir, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11).
Foto: Antara//Amirulloh
Tim Gegana Brimob Polda Kaltim mengamankan benda diduga sisa bom di lokasi ledakan di depan Gereja Oikumene Kecamatan Loa Janan Ilir, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Indonesia, mengecam ledakan bom molotov terjadi di depan Gereja Oikumene, Kelurahan Sengkotek, Samarinda. Menurutnya, siapa pun pelakunya dan apa pun agamanya, senyatanya aksi tersebut sama sekali tidak merefleksikan nilai-nilai keagamaan.

"Siapa pun pelakunya, apa pun agamanya, senyatanya aksinya sama sekali tidak merefleksikan nilai-nilai religi," kata Ketua Bidang Pemenuhan Hak Anak LPAI, Reza Indragiri dalam pesan singkatnya, Senin (14/11).

Apalagi, kata Reza, yang menjadi korban dari aksi teror tersebut didominasi oleh anak-anak. Menurutnya, ini patut menjadi perhatian, sehingga anak-anak tak lagi menjadi sasaran teror.

"Setelah kelompok-kelompok teror belakangan ini terindikasi melakukan perekrutan terhadap anak-anak, jangan sampai para manusia haus darah itu kini juga menyasar anak-anak sebagai sasaran mereka," ucap Reza.

Seperti diketahui, ledakan bom molotov terjadi di depan Gereja Oikumene, Kelurahan Sengkotek, Samarinda, Kalimantan Timur, Ahad (13/11). Ledakan bom molotov tersebut melukai lima orang yang empat orang diantaranya adalah anak-anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement