Sabtu 05 Nov 2016 21:25 WIB

GNPF MUI: 200 Orang Luka Setelah Polisi Lontarkan Gas Air Mata

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Reiny Dwinanda
Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) Bachtiar Nasir (tengah), Pembina GNPF-MUI Riziq Shibab (kedua kanan), Wakil Ketua GNPF-MUI Misbahul Anam (kedua kiri) memberikan keterangan pers terkait aksi 4 November di Jakarta, S
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) Bachtiar Nasir (tengah), Pembina GNPF-MUI Riziq Shibab (kedua kanan), Wakil Ketua GNPF-MUI Misbahul Anam (kedua kiri) memberikan keterangan pers terkait aksi 4 November di Jakarta, S

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ratusan orang mengalami luka-luka setelah polisi melontarkan gas air mata ke arah peserta aksi 4 November. Mayoritas korban dirawat di RS Budi Kemuliaan, Jakarta Pusat karena pengaruh gas air mata. "Ada 165 orang yang dilarikan ke sana," ungkap Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF MUI), ustaz Bachtiar Nasir.

Berdasarkan data yang dihimpun GNPF MUI, korban luka-luka pada malam kericuhan di depan Istana Negara pada Jumat (4/11) mencapai 200 orang. Selain korban lemas, ada satu orang peserta aksi yang menjalani operasi mata karena mengalami goresan yang cukup serius. "Satu orang lagi menjalani operasi di RS Tarakan karena mengalami patah tulang," kata Bachtiar.

Bachtiar memaparkan kericuhan malam itu bermula sekitar pukul 19.30 WIB, yakni ketika tiba-tiba terdengar letupan dari arah depan Istana Negara. Rekaman video menunjukkan, saat itu koordinator GNPF MUI sedang berorasi di atas mobil komando. "Suara letupan dari pelontar gas air mata itu tidak hanya mengagetkan massa, melainkan juga Wapres, Kapolri, dan Panglima TNI yang berada di dalam Istana bersama ustaz Arifin Ilham," ujarnya.

Kapolri dan Panglima TNI langsung bersuara lantang memerintahkan penghentian lontaran gas air mata. Ustaz Bachtiar mengatakan polisi tidak hanya melontarkan gas air mata, namun menembakkan peluru karet. "Kami tidak ingin dibenturkan dengan aparat TNI maupun Polri maka instruksi kami (kepada massa) adalah jangan maju, jangan berlari, dan jangan mundur. Tetap di tempat," kata ustaz Bachtiar dalam jumpa pers di Jakarta, Sabtu (5/11).

Berkaca dari reaksi keterkejutan Kapolri dan Panglima TNI, GNPF MUI menduga perintah meletupkan gas air mata tidak berasal dari kedua pemegang tampuk pimpinanan tertinggi di institusi tersebut. "Kelihatannya ada ketidakpatuhan terhadap komando, pimpinan tertinggi mereka," ucap ustaz Bachtiar.

Jumpa pers ini dihadiri seluruh unsur GNPF MUI. Turut hadir pula Direktur RS Budi Kemuliaan, dr Muhammad Badaruddin. GNPF MUI mengapresiasi langkah sigap seluruh pimpinan, dokter, dan perawat RS Budi Kemuliaan dalam memberikan bantuan medis kepada para korban.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement