REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan aksi massa 4 November 2016 harus dilihat dari banyak aspek. Selain merupakan bentuk ekspresi warga, aksi tersebut juga adalah aspirasi umat Islam yang merasa terlecehkan akibat ucapan yang cenderung gegabah dan diduga masuk ke ranah penistaan agama.
Selain itu ada pula akumulasi ketidakpercayaan atau keraguan terhadap tegaknya hukum, plus irisan dengan politik pemilihan kepala daerah (pilkada).
"Soal penistaan agama, adalah hak umat Islam jika tersinggung dan merasa terlecehkan oleh ucapan yang semberono itu. Jika mereka demo karena akidahnya terganggu, maka itu wajar," ujarnya, Jumat (4/11).
Namun dia berharap aksi tersebut tetap dalam koridor hukum dan harus mengedepankan akhlak karimah. "Buktikan bahwa demo itu damai, tertib, tidak memaksakan, dan tidak anarki seperti dikhawatirkan dan diduga publik. Jika orang Islam tidak suka dengan ujaran nista dari orang lain, jangan melakukan hal yang sama," kata Haedar.
Kemudian terkait keraguan hukum, kelambanan kepolisian dan aparat penegak hukum dalam menangani dugaan penistaan agama, menimbulkan dugaaan bermacam-macam, sehingga memancing keresahan banyak pihak. Menurut dia, jika proses hukum cepat, transparan, serta dijamin adil dan objektif mungkin tidak akan memperluas eskalasi ketidakpuasan. Tentu kepolisian memiliki prosedur sendiri sehingga tidak bisa sembarangan.
Hal lainnya, yakni dimensi politik. Pilkada dan segala lalu lintas kepentingan politik banyak melibatkan berbagai pihak untuk melakukan artikulasi politik. Demo merupakan salah satunya. Haedar menyebut sah saja demo dan kepentingan politik itu bersenyawa, sejauh tetap demokratis dan dijamin konstitusi. Di alam keterbukaan sekarang ini demo dan aktivitas politik menjadi sesuatu yang transparan, tidak dapat ditutupi lagi.
Karenanya, menurut Haedar, demo 4 November merupakan fenomena yang tidak sederhana, tetapi kompleks. Maka semua pihak harus membacanya secara lebih komprehensif, jangan melulu dari isu kegamanaan belaka. Bagi yang berdemo dipersilakan berdemo secara bermartabat, serta jangan lupa menghargai warga dan pihak-pihak lain yang tidak ikut demo.
Haedar pun meminta pihak yang berdemo harus demokratis dan lapang hati. Jangan berpandangan mereka yang tidak mendukung atau tidak ikut demo sebagai pihak yang tidak memiliki ghirah keagamaan serta idealisme berbangsa yang tinggi. Demo hanya salah satu cara menyampaikan aspirasi dan kepentingan, jalan lain juga masih banyak. Maka, toleransi dan saling menghargai antarkomponen umat dan bangsa menjadi penting.