Kamis 03 Nov 2016 01:30 WIB

Pengamat: Polisi Jangan Sampai Bertentangan dengan Pendemo

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Bilal Ramadhan
 Di depan Gedung Sate, Kota Bandung, massa meneriakan Takbir pada Aksi demonstrasi umat Islam terkait pernyataan kontoversi Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang mengutip salah satu ayat Alquran, Jumat (21/10).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Di depan Gedung Sate, Kota Bandung, massa meneriakan Takbir pada Aksi demonstrasi umat Islam terkait pernyataan kontoversi Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang mengutip salah satu ayat Alquran, Jumat (21/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat kepolisian, Bambang Widodo Umar mengingatkan petugas kepolisian di lapangan tidak melakukan tindakan yang memanaskan situasi saat demo 'Bela Islam II' pada 4 November nanti. Para pendemo juga diharapkan juga menyampaikan aspirasinya dengan damai.

“Polisi jangan sampai bertentangan dengan pendemo,” ujar Bambang kepada Republika.co.id, Rabu (2/11).

Polisi, Bambang menegaskan, tidak perlu melakukan tindakan kontradiktif di tengah-tengah pendemo. Aparat juga harus mewaspadai provokator yang menyusup ke peserta demo. Bambang juga mengomentari terkait upaya polri menyiapkan pasukan bersorban dan peci putih dengan melafalkan asmaul husna.

Menurut Bambang, jika pembacaan asmaul husna tersebut diminta tidak dibacakan oleh pendemo maka harus dihentikan. Hal tersebut, kata Bambang, untuk menghindari situasi demonstrasi memanas. Polri harus mampu menciptakan kondisi demonstrasi berjalan kondusif. “Kalau diminta berhenti ya berhenti,” kata Bambang.

Bambang tidak mempersoalkan pasukan bersorban putih dengan peci putih disiapkan melakukan pengamanan demonstrasi nanti. Namun, Bambang menekankan mereka jangan sampai menjadi provokator.

Seperti diketahui, demo 'Bela Islam II' nanti akan dilaksanakan di depan Istana Presiden yang akan diikuti oleh umat Islam dari seluruh Indonesia. Mereka menuntut agar proses hukum dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama atau Ahok dipercepat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement