Kamis 03 Nov 2016 00:30 WIB

Jamaah: Kalau Demo 4 November Anarkistis, Malu Sama Negara Lain

Rep: Muhyiddin/ Red: Bilal Ramadhan
 Peserta aksi membentangkan poster di depan Gedung Sate, Kota Bandung, pada Aksi demonstrasi umat Islam terkait pernyataan kontoversi Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang mengutip salah satu ayat Alquran, Jumat (21/10).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Peserta aksi membentangkan poster di depan Gedung Sate, Kota Bandung, pada Aksi demonstrasi umat Islam terkait pernyataan kontoversi Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang mengutip salah satu ayat Alquran, Jumat (21/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua hari menjelang demo 4 November, sempat beredar informasi bahwa massa aksi dari berbagai ormas Islam juga akan mendirikan tenda di Masjid Iatiqlal. Mereka yang akan menginap di masjid kebanggaan masyarakat ibu kota tersebut, dikabarkan adalah massa aksi yang datang dari luar daerah.

Namun, saat Republika.co.id mendatangi Masjid Istiqlal pada Rabu (2/11) malam, tak ada tanda-tanda berdirinya tenda tersebut. Justru, yang tampak hanya jamaah tour wali songo dan lima petugas keamanan masjid.

Salah satu jamaah yang kerap menginap di Masjid Istiqlal, Rosyid (54) menegaskan, belum ada tanda-tanda massa pendemo yang buka ditenda di masjid tersebut.

"Tidak ada mas, dari pagi juga saya di sini enggak ada. Yang justru pos polisi itu di depan," ujar Rosyid saat berbincang dengan Republika.co.id di halaman Masjid Istiqlal, Rabu (4/11) malam.

Pria kelahiran Surabaya itu sendiri sudah 20 tahun tinggal di masjid tersebut. Ia pun menanggapi aksi demo 4 November tersebut. Ia berjarap demo tersebut tidak berakhir anarkis.

"Yang penting enggak anarkis lah. Tapi yang klucuk-klucuk (provokator) itu yang kurang ajar kadang-kadang. Yang ngacau justru nantinya," ujar pria keturunan Arab Saudi tersebut.

Rosyid mengatakan, jika sampai anarkis justru akan membuat malu umat Islam Indonesia sendiri. Padahal, kata dia, dulunya di Arab Saudi orang Indonesia sangat dihargai karena dengan akhlak dan kesopanannya. Selain itu, orang Arab saat itu juga menghargai nama besar presiden Soekarno.

"Mudah-mudahan aman saja, apalagi ini Indonesia negara hukum, terkenal dengan sopannya. Kan malu sama negara lain kalau anarkis," ucap pria yang sempat tinggal Arab 25 tahun tersebut.

Kendati demikian, menurut dia, proses hukum terkait kasus penistaan agama yang diduga dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta harus tetap ditunjukkan hasilnya oleh para penegak hukum. "Yang namanya hukum tetap harus berjalan. Karena kita negara hukum," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement