REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat komunikasi politik Universitas Brawijaya, Anang Sujoko, menilai pertemuan Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto atau pertemuan Menkopulhukam Wiranto dengan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai kepanikan pemerintah terhadap informasi intelejen yang tidak akurat. Karena isu demo 4 November sudah tersebar sejak dua pekan yang lalu.
"Namun, intelijen tidak menyangka gerakannya akan sebesar ini," kata Anang, Rabu (2/11).
Namun, kata Anang, gerakan Presiden Joko Widodo ke Prabowo sedikit meredam. Tapi, menurutnya, langkah tersebut tidak tepat. Karena orang-orang yang akan unjuk rasa pada 4 November mendatang bukan hanya dari pendukung Prabowo saja. Tapi juga banyak massa yang tidak berafialiasi ke kelompok mana pun.
"Bukan hanya kelompok sektarian tertentu, tapi kelompok yang memiliki kepedulian pada hal yang diimaninnya itu," kata Anang.
Menurut Anang, memang tidak bisa dinafikkan, demonstrasi 4 November mendatang juga akan ditunggangi oleh banyak kepentingan. Entah itu kelompok yang memiliki kepentingan di Pilgub DKI Jakarta atau kelompok memiliki kepentingan kelompok lainnya.
Anang menilai massa yang akan berunjuk rasa 4 November ini berasal dari berbagai kelompok yang melihat lambannya penegakkan hukum kepada Basuki Tjahtjaha Purnama yang diduga menistakan agama. Padahal biasanya, kata Anang, kasus penistaan agama cepat diusut.
"Kemarin kan mengundang ormas Islam juga ya, itulah kenyatannya pertemuan itu tetap bahasanya datar. Intinya silahkan melakukan demo, ini artinya tidak ada pengendalian kontrol yang kuat dari ormas-ormas itu sendiri. Probowo mempersilahkan atas nama demokrasi, MUI juga, NU juga, Muhammadiyah juga," katanya.
Awalnya, demonstrasi ini diteriakan oleh kelompok FPI dan HTI. Menurut Anang, kedua kelompok yang dikenal keras oleh masyarakat tersebut hanya kebetulan memiliki momentum yang sama. Tapi keduanya tidak memiliki kontrol terhadap massa 4 November mendatang.
"FPI atau HTI ya kebetulan bukan berarti mereka yang komando, saya yakin gak akan seperti itu. Kalau HTI atau FPI tidak akan semenggema ini gerakkan ini, kemungkinanan besok tanggal 4 November itu dibawah komando FPI saya yakin ada pula yang tidak menyetujui FPI atau HTI, ini karena memiliki musuh bersama," katanya.