Rabu 02 Nov 2016 17:39 WIB

IPW Kritik Penggunaan Polisi Bersorban Saat Demo 4 November

Rep: Muhyiddin/ Red: Ilham
Pasukan polri dan TNI saat mengikuti apel kesiapsiagaan pengamanan tahap kampanye dalam rangka pilkada serentak 2017 di Lapangan Silang Monas, Jakarta, Rabu (2/11).
Foto: Republika/Prayogi
Pasukan polri dan TNI saat mengikuti apel kesiapsiagaan pengamanan tahap kampanye dalam rangka pilkada serentak 2017 di Lapangan Silang Monas, Jakarta, Rabu (2/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Police Watch (IPW) mengecam rencana Polri yang akan menurunkan aparat kepolisian yang bersorban dan berpeci dalam pengamanan aksi demo ormas Islam, Jumat (4/11). IPW menilai pengerahan pasukan khusus tersebut dinilai terlalu berlebihan.

"Polri harusnya tetap profesional dan proporsional dalam menjalankan tugasnya menjaga keamanan masyarakat," ujar Ketua Presidium Ind Police Watch, Neta S Pane di Jakarta, Rabu (2/11).

Neta menuturkan, dalam situasi apapun Polri harus mampu menjaga profeaionalismenya dan juga proporsional. "Artinya, sesuai SOP, dalam menjaga keamanan Polri hanya bisa melakukan keamanan terbuka dengan pakaian seragam dan pengamanan tertutup dengan pakaian preman. Tidak ada ketentuan bahwa anggota Polri diperbolehkan mengenakan sorban atau peci dalam menjaga keamanan," kata Neta.

Menurut Neta, anggota Polri merupakan anggota kepolisian nasional dan bukan anggota polisi keagamaan tertentu. Kata dia, jika terjadi bentrok dalam aksi demo itu akan muncul kesan bahwa massa keagamaan tertentu bentrokan dengan polisi keagamaan tertentu. "Ini akan merusak bangsa Indonesia ke depan," kata Neta.

IPW menilai, rencana Polri menurunkan polisi bersorban tersebut semakin mantap setelah dilakukan gelar pasukan di Monas, di mana sejumlah polisi berjubah dan bersorban muncul. Hal ini, kata dia, semakin menunjukkan bahwa Polri seakan mengakomodir aksi demo 4 November.

"Padahal Polri seharusnya tetap menjadi polisi yang berwawasan negara kesatuan Inonesia, yang profesional dan proporsional serta jangan diseret-seret ke dalam isu maupun konflik SARA dan jangan terjebak ke dalam warna agama tertentu. Sebab, jika Polri larut dalam isu tersebut, internal Polri sendiri yang akan terpecah dengan isu dan konflik SARA," jelas Neta.

Neta menambahkan, dalam menyikapi isu demo 4 November itu Polri juga sangat grogi dan kebingungan. Hal ini, kata dia, ditandai dengan adanya perintah tembak ditempat dan akan memakaikan rok bagi polisi yang tidak berani melakukan tembak ditempat tersebut. Walaupun, pernyataan itu dibantah oleh Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan.

"Kemudian akan menurukan polisi berjubah dan bersorban. Padahal, hal itu akan sangat merugikan Polri, apalagi jika polisi yang berjubah dan bersorban itu menjadi korban, jika terjadi bentrok. Untuk itu IPW mendesak agar Polri membatalkan rencananya untuk menurunkan polisi berjubah dan bersorban. IPW tetap berharap Polri tetap profesional dan proporsional dan jangan lebay," kata Neta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement