REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerakan Nasional Pendukung Fatwa MUI (GNPF-MUI) terus melakukan berbagai persiapan menjelang aksi bela Islam, Jumat (4/11) mendatang, agar aksi berjalan lancar. Persiapan tersebut terkait jumlah massa yang diperkirakan terus bertambah, dukungan baik moril dan materiil, dan juga logistik.
"Sudah ada juga imbauan untuk melaksanakan aksi dengan tertib, damai, menjunjung tinggi hukum, dan tidak anarkistis," ujar anggota GNPF-MUI Fahmi Salim kepada Republika.co.id, Selasa (1/11).
Dia menyebut, dalam aksi tersebut diperkirakan akan semakin banyak tokoh yang ikut turun, baik itu tokoh nasional, tokoh Muslim, hingga tokoh politik. Para peserta tak hanya datang dari DKI Jakarta, tapi juga dari daerah lain di Tanah Air. Fahmi memprediksi, hingga kini peserta yang akan hadir sedikitnya mencapai 500 ribu orang.
"Semakin mendekati hari H, akan semakin banyak pesertanya," kata dia.
Tak hanya dari persiapan materi, GNPF-MUI juga membekali para peserta terkait adanya upaya provokasi dari pihak-pihak tak bertanggung jawab. Fahmi menyebut, setiap koordinator lapangan dari masing-masing regu sudah bersiap untuk mengendalikan massa yang jumlahnya besar.
"Harus mewaspadai adanya penyusup atau provokator yang menginginkan aksi tidak berjalan baik dengan membenturkan peserta dengan aparat keamanan," ujar Fahmi.
Seperti diberitakan sebelumnya, GNPF MUI akan kembali menyelenggarakan aksi membela Alquran. Acara yang rencananya dilakukan Jumat (4/11) di depan Istana Negara ini merupakan lanjutan dari aksi di Balai Kota DKI Jakarta pada Jumat (14/10) lalu.
Kegiatan akan dimulai dengan shalat Jumat di Masjid Istiqlal dan dilanjutkan longmarch ke Istana Negara. Mereka menuntut Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama segera diproses secara hukum dengan seadil-adilnya.