REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo hari ini, Selasa (1/11) mengundang Majelis Ulama Indonesia (MUI), Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah ke Istana Presiden. Wakil ketua umum PBNU, Maksum Mahfoed mengatakan, PBNU akan mengirimkan 10 orang pengurus untuk menghadiri undangan presiden. Kesepuluh orang diantaranya, Rais Aam, Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, Sekretaris Jenderal PBNU, Katib Am, dan para kiai.
“Belum tahu agenda pastinya apa, ya silaturrahmilah, kira-kira begitu,” ujar Maksum kepada Republika.co.id, Selasa (1/11).
Saat ditanya apakah pertemuan nanti terkait demo besar umat Islam 4 November nanti, Maksum belum bisa menjelaskan. Namun hal yang pasti, kata Maksum, PBNU dibutuhkan untuk berpartisipasi membangun kedamaian di Indonesia.
Menurut Maksum nantinya agenda pembahasan di Istana akan disampaikan langsung oleh ketua umum atau Rais Am PBNU. Karena itu, menurut Maksum, pembahasan subtansi pertemuan nanti akan disampaikan di Istana.
Pertemuan presiden dengan MUI, PBNU, dan PP Muhammadiyah akan dilaksanakan pada Selasa (1/11) pukul 10.30 WIB di Istana Presiden. Dalam undangannya tertera Presiden Joko Widodo mengundang tiga ormas tersebut untuk bersilaturahim.
Pertemuan presiden dengan MUI, PBNU dan PP Muhammadiyah cukup mengundang pertanyaan publik. Hal ini karena pertemuan tersebut dilakukan di saat situasi Pilkada DKI Jakarta dan reaksi umat Islam terkait dugaan penistaan agama Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama atau Ahok meluas.
Pada 4 November nanti, sejumlah ormas Islam akan melaksanakan demonstrasi terkait dugaan penistaan agama tersebut. Mereka menuntut agar Ahok segera diproses hukum oleh aparat penegak hukum.