Senin 31 Oct 2016 12:30 WIB

Memberi Foto Tapi Ditolak, Pelajaran Gratifikasi Pertama Laode M Syarif

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Andi Nur Aminah
Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Laode Muhammad Syarif bercerita bagaimana pengaruh guru dalam kehidupannya dalam kegiatan 'Anti-Corruption Teacher Supercamp' di Nusa Dua, Bali, Senin (31/10). Guru merupakan unsur penunjang utama yang memberikan stimulus berupa keteladanan dalam bersikap jujur pada anak didiknya.

"Guru bisa menginspirasi anak-anak Indonesia supaya bisa berintegritas," kata Syarif, Senin (31/10).

Syarif bercerita dia hanya mengetahui dunia luar lewat sebuah radio pada masa kecilnya. Lewat radio pula sarjana hukum Universitas Hasanuddin ini mengikuti perkembangan olahraga bulu tangkis kesukaanya, tinju Muhammad Ali, dan informasi lainnya.

"Ketika guru bertanya apa cita-cita saya setelah besar, saya bilang ingin menjadi seorang camat. Alasannya sederhana, paman saya yang menjadi camat kala itu mendapat mobil VW Safari," ujarnya.

Pada zaman Presiden Indonesia ke-2, Soeharto, camat-camat difasilitasi mobil VW Safari yang merupakan mobil terpopuler saat itu. Syarif pun bercerita dia juga mendapat pengalaman dari dosennya ketika kuliah di dalam dan luar negeri.

Guru pertamanya adalah Baharuddin Lopa yang begitu dikaguminya. Syarif menceritakan, dia sempat tidak percaya diri untuk kuliah di jurusan hukum. Namun sosok Baharuddin Lopa menginspirasi dan menyemangatinya. "Setiap dia mengajar kuliah, saya selalu hadir. Dia bukan cuma bicara, tapi juga memberi contoh dan berani," kata Syarif.

Pembimbing tesisnya, Profesor Douglas Fisher juga sempat memberi Syarif pelajaran beharga. Pria asli Muna, Sulawesi Tenggara ini, suatu hari pernah memberi guru besarnya itu tiga lembar foto dirinya di sebuah pesta sekretariat fakultas. Namun sang guru menolak.

"Saya padahal ingin memberinya gratis, tapi dia menolak karena berprinsip, jangan pernah mengambil apapun dari muridmu. Jangan sampai karena foto tersebut, dia tak bisa menilai tesis saya secara obyektif," kata Syarif.

Kejadian tersebut merupakan pelajaran gratifikasi pertama bagi Syarif. Siapa sangka jika kini dia menjadi jajaran petinggi KPK yang tentu saja harus bersikap tegas terhadap gratifikasi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement