REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Pengungsi korban banjir bandang di Desa Karya Murni, Kecamatan Tangkobu, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo yang telah mengungsi di perbukitan selama lima hari hanya mengandalkan lilin dan lampu minyak sebagai penerangan di malam hari.
Lince (50), salah seorang pengungsi itu, di Boalemo, Sabtu (29/10) mengatakan, tidak memiliki pilihan lain untuk tinggal, selain di perbukitan karena aman dari banjir.
"Di bukit ini memang gelap dan banyak nyamuk, tapi aman dari banjir, jadi saat banjir bandang pertama itu, kami langsung lari ke atas bukit untuk menyelamatkan diri," kata Lince lagi.
Ia mengatakan, pada beberapa hari pertama ia dan 30 kepala keluarga lainnya yang mengungsi hanya mengandalkan lilin sebagai penerangan pada malam hari.
"Tapi lilin kan mahal, hanya betahan beberapa jam saja dan harganya juga Rp 2.500 per batang, jadi kami mengusahakan adanya lampu minyak agar lebih tahan lama cahayanya," ujarnya pula.
Sedangkan Irna Keli (51), pengungsi banjir lainnya mengatakan, di tenda pengungsi terdapat juga anak-anak, sehingga harus ada penerangan agar mereka tidak takut.
"Baru malam ini kami menggunakan lampu minyak, selain itu kami juga mendapatkan bantuan minyak tanah, semoga dapat menerangi tenda pengungsian ini," ujarnya.
Selain itu, para pengungsi juga membutuhkan lotion antinyamuk karena banyak nyamuk di area perbukitan yang menjadi lokasi tenda pengungsian mereka.