Sabtu 29 Oct 2016 20:22 WIB

Generasi Muda Rentan terhadap Ketidaksesuaian Struktur Sosial

Calon mahasiswa perguruan tinggi (ilustrasi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Calon mahasiswa perguruan tinggi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Generasi muda di Tanah Air saat ini rentan terhadap dampak negatif dari ketidaksesuaian struktur sosial yang berkembang di masyarakat. Hal itu diungkapkan ahli psikologi A Kasandra Putranto.

Kondisi tersebut, menurut dia di Jakarta, Sabtu (29/10), membuat mereka tidak dapat mengembangkan nilai-nilai kognitif yang sebangun dengan masa sebagai generasi yang cemerlang.

Hal itu juga dapat menghambat mereka untuk menjadi terdidik, sehat mental, mandiri dan produktif. Mereka bisa jatuh dalam konsekuensi seperti pengangguran, kemiskinan, masalah kesehatan mental, kekerasan, vandalisme, kejahatan, terorisme dan lain-lain.

"Padahal generasi muda merupakan calon pemimpin bangsa di masa depan," ujar dia dalam Attitude Achievment Generation for Indonesian Titanium Generation 4.0 Resilient Social Skill for Higher Achievment and Professional Mental Attitude for Leadership itu.

Menurut dia, masyarakat secara sosial dipengaruhi oleh perkembangan lingkungan. Setiap perkembangan individu akan belajar dari keluarga, sekolah, masyarakat, media dan lainnya dalam pembentukan karakter mereka.

"Sayangnya struktur sosial di Indonesia justru memberikan kesempatan belajar dengan cara yang berbeda, yang pada akhirnya membuat generasi muda Indonesia menjadi lebih rentan," katanya.

Terkait dengan hal itu, melalui Attitude Achievment Generation (A2G) Save Indonesia, pihaknya merintis gerakan dan program pengembangan karakter bagi generasi muda Indonesia dengan membangun Generasi Titanium Indonesia 4.0 bersama berbagai elemen seperti instansi pemerintah, organisasi, perusahaan dan berbagai komunitas.

Gerakan sosial dan program pengembangan karakter A2G Save Indonesia bertujuan untuk menginspirasi generasi muda Indonesia guna mengembangkan karakter yang bernilai dan kepemimpinan melalui perubahan sikap dan perilaku yang memungkinkan mereka untuk mencari struktur sosial yang tepat demi secara aktif membentuk sikap yang positif.

Selain itu, mendorong generasi muda untuk mengejar prestasi yang optimal dan menginspirasi semua pihak yang berperan optimal dalam pengembangan manusia Indonesia mulai dari keluarga, sekolah, masyarakat, media maupun perusahaan yang memberikan dampak pada lingkungan dan pemerintah.

Sebelumnya dalam rangkaian memperingati Sumpah Pemuda, pada 28 Oktober 2016 digelar diskusi bertema "Generasi Titanium Indonesia 4.0" dengan menghadirkan sejumlah pakar seperti Hermawan Kertajaya selaku pakar marketing, Sarlito Wirawan (psikolog), Seto Mulyadi (psikolog), Tung Desem Waringin (motivator) dan Christianto Wibisono (ekonom).

Christianto Wibisono menyatakan, saat ini Indonesia berada di urutan keempat dunia secara kuantitas. Karena itu menjadi tugas Generasi Titanium 4.0 mengubah Indonesia menjadi urutan keempat di dunia dari kuantitas menjadi kualitas. Pada kesempatan itu juga dilakukan peluncuran buku "Aplikasi Cognitive Behaviour dan Behaviour Activation dalam Intervensi Klinis" karya Kasandra Putranto.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement