Jumat 28 Oct 2016 14:00 WIB

Emil Dikunjungi Pegiat Zero Waste AS dan Filipina

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Irfan Fitrat
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil memantau langsung pengerukan sampah di aliran sungai Cikapundung di Cijagra, Kabupaten Bandung, Kamis (24/3).
Foto: Republika/Zuli istiqomah
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil memantau langsung pengerukan sampah di aliran sungai Cikapundung di Cijagra, Kabupaten Bandung, Kamis (24/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, yang akrab disapa Emil, kedatangan tamu dari Amerika Serikat (AS) dan Filipina, Kamis (27/10) malam. Tamu tersebut merupakan para pegiat zero waste yang fokus pada pengolahan sampah.

Dalam kesempatan itu, pegiat zero waste di antaranya membicarakan mengenai pengolahan sampah dengan insinerator atau pembakaran. Teknologi tersebut disebut sudah tidak disarankan lagi untuk digunakan dalam pengelolaan sampah akhir. Selain itu, menurut Emil, mereka pun menyarankan dilakukan reformasi dalam pengelolaan sampah.

Menurut Emil, pengelolaan sampah itu harus dimulai dari level rumah tangga. Petugas pengangkut sampah memiliki peran juga untuk melakukan pengolahan. “Tukang sampah di level itulah yang jadi agen pertama. Jadi, jangan main ambil terus dibuang begitu saja,” ujar dia di Bandung, Jumat (28/10).

Untuk itu, Emil mengatakan, dalam waktu dekat ini akan mengumpulkan petugas pengangkut sampah di tingkat RW dan kelurahan. Para petugas bakal diberi edukasi mengenai pengelolaan sampah. “Lagi saya pikirkan, itu yang tidak pernah kontrol. Padahal, sampah dari rumah ini kan agen pertamanya tukang sampah RW. Nah, ini enggak pernah diedukasi,” kata dia.

Sementara itu, terkait pengolahan sampah, Pemerintah Kota Bandung pun berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). PLTSa ini rencananya didirikan di wilayah Pasir Impun, perbatasan Kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Direktur Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan Kota Bandung Deni Nurdiana sebelumnya menjelaskan, pengolahan sampah untuk menjadi energi pembangkit listrik ini akan menggunakan metode “biodigester”.

Biodigester ini memanfaatkan sampah organik. Deni menjelaskan, dengan sistem biodigester itu nantinya akan dihasilkan gas yang kemudian dikonversi menjadi tenaga listrik. Menurut dia, metode biodigester ini lebih ramah lingkungan, serta tidak menimbulkan asap dan bau. “Biodigester sendiri diharapkan bisa menampung 200 ton sampah,” ujar dia.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement