REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wacana untuk menghargai tikus sebesar Rp 20 ribu dalam program Basmi Tikus oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI mendapat sindiran dari bakal calon gubernur Anies Baswedan. Ia menilai, program itu tak bijak dan bisa menghadirkan masalah baru.
Anies mengatakan, di negara India pernah ada program serupa dari pemerintahnya. Warga akan diberi imbalan uang oleh pemerintah untuk setiap ekor hewan dengan bisa mematikan tersebut. Namun, kata dia, pemerintah India akhirnya menghentikan program itu karena banyak masalah baru muncul.
"Yang terjadi adalah orang justru pada beternak kobra sampai akhirnya pemerintah memutuskan tidak lagi membeli kobra," kata dia di Jakarta, Kamis (20/10).
Setelah pemerintah India memutuskan berhenti membeli kobra, kata Anies, para penjual yang terlanjur beternak lantaran ingin memperoleh keuntungan dari program tersebut, justru membebaskan kobranya. Yang terjadi justru 'banjir' kobra. Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan tersebut meminta Pemprov DKI untuk belajar dari negara lain.
"Pernah juga dilakukan di Myanmar, di Vietnam dan mereka punya pelajaran. Itu sebabnya penting membaca pengalaman banyak negara," ujar dia.
Sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta berencana membuat aturan khusus mengenai pelaksanaan program Gerakan Basmi Tikus di seluruh wilayah Ibukota. Program Gerakan Basmi Tikus merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta agar warga terhindar dari berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh tikus.
Program Gerakan Basmi Tikus hanya akan dilakukan satu kali saja agar tidak dimanfaatkan oleh pihak tertentu. Rencananya, setiap ekor tikus hasil tangkapan akan dihargai Rp 20 ribu.