REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) mengajak perwakilan Hartford Seminary Amerika beraudiensi dengan Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X, di Kepatihan, Rabu (19/10).
Menurut Penasehat Majelis Dialog antarAgama dan Kebudayaan ICMI Pusat, Alwi Shihab maksud kedatangan mereka untuk beraudiensi dengan Gubernur DIY adalah menyampaikan keinginan untuk bisa melakukan interaksi dengan kelompok keagamaan dan organisasi di Yogyakarta.
Sebelumnya, perwakilan Hartford Seminary juga melakukan dialog di Jakarta dengan Nahdatul Ulama, Satya Wacana dan Pesantren.
‘’Beliau (Sultan HB X) mengapresiasi yang dilakukan Hartford Seminary dalam rangka memantapkan hubungan antar komunitas beragama. Hal ini sebenarnya bagian dari nilai yang telah diterapkan di kerajaan sini (red.Keraton Yogyakarta) dan nilai yang turun temurun bagian tak terpisahkan dari nilai-nilai Jawa atau Keraton.''
Dalam pertemuan dengan Raja Keraton Yogyakarta, Alwi Shihab mengaku mendapatkan semacam nasehat kepada tim dari ICMI maupun perwakilan Hartford Seminary tentang filosifi atau filsafat keraton dan Raja Jawa yang sangat bermakna.
‘’Kami sangat kagum melihat dan mendengar pengalaman sebagai Raja Jawa sekaligus bagaimana filosofi Jawa yang diterapkan sesuai nilai keraton dan nilai Kerajaan Jawa,’’ungkap Alwi Shihab menjelaskan.
Lebih lanjut pengajar di Hartford Seminary dan Harvard Divinity School tersebut mengatakan sebagai bagian dari Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS), misi mereka adalah menghormati perbedaan yang ada, mendidik anak muda untuk tetap menjalankan apa yang menjadi bagian dari budaya Indonesia.
Selanjutnya, Ketua Majelis Pengurus Wilayah ICMI DIY, Herry Zudianto mengatakan kegiatan yang akan dilakukan adalah dialog antara ICMI, Hartford Seminary dengan Muhammadiyah di Universitas Ahmad Dahlan dan bedah buku di Universitas Muhamamdiyah Yogyakarta.
Herry yang juga mantan Walikota Yogyakarta mengatakan pascadilantik resmi sebagai Ketua Majelis Pengurus ICMI DIY, program pertama yang akan dilakukan adalah dialog dengan para cendekiawan di Yogyakarta, tetapi tidak hanya cendekiawan muslim, melainkan juga cendekiawan katolik, kristen dan sebagainya untuk membicarakan permasalahan yang ada di Yogyakarta.
‘’Hal ini menggambarkan inklusivisme ICMI bisa berdialog bersama untuk menyinergikan yang kita miliki yakni pluralisme Yogyakarta,’’ kata Ketua Dewan Pakar ICMI DIY, Edy Suandi Hamid menambahkan.