Selasa 18 Oct 2016 15:25 WIB

Parpol Pendukung Diminta 'Tertibkan' Gaya Bicara Ahok

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Bayu Hermawan
Cagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama
Foto: Republika/ Wihdan
Cagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Aliansi Nasional Indonesia (Anindo), Edwin Henawan Soekowati, meminta partai politik (Parpol) pengusung dan pendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) untuk menertibkan gaya bicara sang cagub pejawat. Ia menilai hal tersebut menjadi tugas utama para pimpinan parpol pengusung Ahok.

"Agar Ahok tidak lagi berbicara yang menyinggung masalah suku, agama, ras dan antargolongan atau SARA, yang berpotensi memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (18/10).

Menurutnya, belum lagi selesai kasus Surah Al Maidah yang mengundang reaksi umat Islam, belum lama ini atau tepatnya saat menghadiri acara ulang tahun politikus senior PDI Perjuangan, Sabam Sirait, Ahok lagi-lagi 'keseleo' lidah atau salah dalam menafsirkan Pancasila.

"Ahok mengatakan, bahwa Indonesia utuh apabila minoritas sudah menjadi Presiden. Ini adalah penafsiran yang keliru dan sangat berbahaya," ujarnya.

Edwin mengatakan, pernyataan Ahok tersebut sama saja menilai bahwa apabila minoritas belum menjadi Presiden, maka Pancasila belum sempurna. Untuk itu, mantan anggota MPR/DPR Fraksi PDI periode 1987-1992 ini mengatakan, hendaknya parpol pengusung segera mengambil langkah-langkah agar Ahok tidak lagi melontarkan pernyataan-pernyataan berbau SARA dan juga menafsirkan Pancasila sesuai kehendaknya sendiri, yang bisa menimbulkan polemik berkepanjangan di masyarakat.

Ia menyebut, sangat tidak relevan mempertentangkan soal SARA di negara ini. Sebab Indonesia dibangun atas dasar suku, agama, ras dan antargolongan sebagai negara kepulauan dalam bingkai NKRI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement