Selasa 11 Oct 2016 20:56 WIB

Limbah Domestik Dominasi Pencemaran Air Kota Malang

Rep: Christiyaningsih/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi sungai tercemar
Ilustrasi sungai tercemar

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Limbah domestik mendominasi pencemaran air di Kota Malang. Hasil kajian Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Malang dari tahun ke tahun menyebut limbah domestik berkontribusi 60-70 persen dalam pencemaran air.

Kepala Sub Bidang Pengendalian Lingkungan BLH Kota Malang, Tri Santoso, mengungkapkan ada dua sumber pencemar air. Pertama adalah point source yang berasal dari limbah pabrik dan industri. Kedua adalah non-point source, yaitu limbah dari pertanian dan limbah domestik termasuk limbah dari apartemen.

Di daerah perkotaan yang padat penduduk, air tanah juga ikut tercemar. Pembangunan septic tank yang asal-asalan menyebabkan infiltrasi (perembesan) bakteri E coli ke air tanah.

Baca: Kualitas Air Sungai Kota Malang Buruk

"Tapi sayangnya selama ini data-data itu hanya dibaca saja dan tidak menggugah kesadaran pemerintah dan masyarakat untuk berbenah," katanya pada Selasa (11/10) di Malang.

Salah satu pengelolaan agar septic tank tidak mencemari air tanah adalah dengan membentuk IPAL komunal. BLH, lanjut Tri, hanya bisa mendorong berbagai pihak agar berkontribusi menjaga lingkungan dan melakukan kajian agar data-data tidak menguap. Menurut Tri, bukan ranah BLH membuat kebijakan di masyarakat karena bukan kewenangannya.

Direktur Eksekutif Walhi Jawa Timur Rere Christanto mengungkapkan berdasarkan pengamatan fisik air sungai pada 2014 di Malang, 98 persen pencemaran berasal dari limbah domestik. "Di hulu Sungai Brantas di Kota Batu, kerusakan mata air terjadi akibat pembangunan pariwisata," jelasnya. Dari 111 mata air yang pernah ada, kini hanya tersisa 57 sumber mata air.

Sedangkan di Kota Malang sepanjang aliran Sungai Kalisari, Bangau, Amprong, dan Brantas disebut jadi titik pencemaran yang parah. "Di Kota Malang, rumah potong hewan dan pabrik kulit turut menncemari aliran Sungai Brantas," kata Rere.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement