Ahad 09 Oct 2016 01:00 WIB

Soal Kutipan Ayat Alquran, Pengamat: Ahok Berkeringat

Rep: C39/ Red: Bayu Hermawan
Sebuah petisi di change.org mendesak Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) meminta maaf karena menyatakan warga dibohongi dengan Surah Al Maidah ayat 51 dalam memilih pemimpin.
Foto: change.org
Sebuah petisi di change.org mendesak Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) meminta maaf karena menyatakan warga dibohongi dengan Surah Al Maidah ayat 51 dalam memilih pemimpin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon pejawat pada Pilkada DKI Jakarta 2017, Basuki Tjahaja Purnama belum lama mengeluarkan pernyataan kontroversial dengan mengutip ayat Al Quran, surah Almaidah ayat 51. Sebab pernyataannya tersebut dinilai mengandung unsur SARA.

Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio mengatakan pernyataan tersebut terlontar dari Ahok lantaran mendapat tekanan dari lawan tandinganya dalam pesta politik rakyat Jakarta tersebut.

"Menurut saya memang ada tekanan khusus saat ini di Ahok karena memiliki lawan yang seimbang. Jadi, di Pilkada ini isitilahnya berkeringat lah istilahnya," ujarnya kepada Republika.co.id, Ahad (9/10).

Namun, menurutnya walapun pernyataan tersebut tidak disengaja, tapi berakibat fatal untuk elektabilitas Ahok ke depannya. Untuk kedepannya, ia pun memperingatkan Ahok.

"Sebetulnya selain Al-maidah Ayat 51 itu. Itu seharusnya jadi bahan pelajaran buat Ahok untuk berhati-hati dan harusnya minta maaf," ucapnya.

Sebelumnya, beredar video berjudul 'Ahok: Anda Dibohongi Al-Quran Surat Al-Maidah 51'. Video tersebut menjadi viral di sosial media baik Facebook ataupun Twitter. Video yang diunggah sejak 5 Oktober lalu itu pun langsung menimbulkan polemik di masyarakat.

Dalam video tersebut Ahok mengatakan, "Bapak Ibu ndak Bisa memilih Saya. dibohongi pake surah Al-Maidah 51 dan macem-macem itu. Itu hak bapak ibu. Ya, jika Bapak Ibu perasaan tidak bisa pilih nih karena saya takut masuk neraka, dibodohin gitu ya, ya enggak apa-apa? Karena inikan panggilan pribadi bapak-ibu. Program ini jalan saja. Jadi, bapak ibu tak usah merasa enggak enak dalam nuraninya enggak bisa memilih Ahok."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement