Rabu 05 Oct 2016 21:26 WIB

Pengelola Waduk Jatiluhur Waspadai Anomali Cuaca

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Yudha Manggala P Putra
Waduk Jatiluhur
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Waduk Jatiluhur

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- PJT II Jatiluhur sebagai pengelola Waduk Djuanda (Jatiluhur), mewaspadai anomali cuaca yang terjadi saat ini. Pasalnya, pada musim kemarau ini curah hujan yang turun masih cukup tinggi. Sehingga, akan berdampak pada kenaikan tinggi muka air (TMA) waduk tersebut.

Direktur Pengelolaan Air PJT II Jatiluhur, Harry M Sungguh, mengatakan, saat ini TMA Waduk Jatiluhur berada di level 104,95 meter. Kondisi itu, sebenarnya masih cukup normal. Akan tetapi, pihaknya tetap mewaspadai anomali cuaca ini. Sebab, sekarang ini statusnya kemarau yang basah.  "Ada efek positif dan negatif atas kondisi ini," ujar Harry, kepada Republika.co.id, Rabu (5/10).

Efek positifnya, Waduk Jatiluhur tidak akan kekurangan air sampai berakhirnya musim kemarau kedua. Dengan begitu, suplai air untuk irigasi (pertanian) dan air baku industri akan tetap terjaga. Sehingga, kedepan tidak akan lagi permasalahan rebutan air di wilayah hilir.

Akan tetapi, lanjutnya, kondisi ini juga bisa menimbulkan efek negatif. Yaitu, TMA akan cepat naik seiring dengan tingginya curah hujan. Seharusnya, di musim kemarau air waduk terus menyusut. Supaya, saat musim penghujan, waduk mampu menampung air secara maksimal. "Tetapi, sekarang ini air yang masuk dari hulu Citarum ke waduk juga besar," ujarnya.

Untuk mengantisipasi terjadinya limpasan air di morning glory, lanjut Harry, pihaknya terus melakukan pengawasan TMA setiap harinya. Jika volume waduk tak sesuai rencana, maka akan dibuang melalui Sungai Citarum. Itupun, sambungnya, disesuaikan dengan kondisi di hilir juga.

Jangan sampai, air yang dibuang ke hilir justru akan mengakibatkan banjir. Karena itu, pihaknya terus berkoordinasi dengan petugas-petugas terkait mengenai pengaturan air ini. Mengingat, daerah hilir Jatiluhur, seperti Karawang dan Bekasi rawan akan bencana banjir.  "Tapi, kami yakin TMA aman tidak berdampak pada banjir," ujarnya.

Menurut Harry, pada musim gadu pertama ini, beban kerja Waduk Jatiluhur sangat maksimal. Karena, harus mengairi sawah seluas 240 ribu hektare, yang tersebar di lima kabupaten/kota. Yakni, Kabupaten/Kota Bekasi, Karawang, Subang, dan sebagian Indramayu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement