REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengamat Pendidikan pada Universitas Paramadina, Mohammad Abduhzen mengecam acara penggunaan seragam sekolah dan pembagian bir gratis di Kafe Basecamp, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Menurut dia, tidakan itu tidak pantas dan sangat tidak layak.
"Itu sama saja sama saja melecehkan institusi pendidikan. Apalagi kafe tersebut memberikan bir gratis kepada pelajar yang mengenakan seragam. Ini harus dihentikan," tegas Abduhzen dalam keterangannya, Rabu (5/10).
Pihaknya mengingatkan, trik pemasaran kafe dengan mengenakan seragam sekolah dan menyasar kalangan pelajar tidak cocok dengan budaya Indonesia. Menurut dia, hal itu sama saja mengajak kalangan generasi muda untuk melakukan hal-hal yang di larang oleh agama maupun peraturan yang ada.
Untuk itu, dia meminta pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) mengusut tuntas keberadaan kafe tersebut yang telah meresahkan kalangan pelajar di sana. "Tapi kalau seragam pelayan kafe hanya mirip tidak masalah. Yang menjadi masalah kalau (seragamnya) sama persis termasuk logo yang dikenakan,” tegas dia.
Ia meminta agar pemerintah tidak mudah percaya dengan alasan pemilik kafe yang berkilah seragam yang dikenakan oleh pelayan kafe untuk trik dagang karena hal tersebut bisa berdampak kurang baik bagi anak sekolah. "Khawatirnya anak sekolah lebih banyak di kafe daripada di sekolah," kritiknya.
Abduhzen juga mendesak agar Kemendiknas membuat aturan yang tegas terkait penggunaan simbol-simbol sekolah termasuk penggunaan di tempat umum atau di luar pendidikan. Jangan sampai hal-hal yang berbau pendidikan disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak sebagaimana mestinya.
Kasus ini mencuat setelah Sekda Kota Tanjungpinang Riono menyaksikan secara langsung event "Back to School Party" tema yang diangkat cafe Basecamp pada Ahad (2/10)dini hari. Menurut Riono, awalnya ia menghadiri acara 1 Muharam (2/10). Seiring dengan peringatan Tahun Baru Islam tersebut masuk laporan masyarakat yang menyebutkan bahwa cafe Basecamp membuat event dengan tema seragam sekolah.
Dari laporan warga tersebut, Riono mengatakan, ia sempat menghubungi Satpol PP Tanjungpinang. Namun nomor kontak kepala sarpol tak aktif dan posisi Basecamp sejalan dengan kegiatan Muharam, Riono pun mampir dan masuk ke cafe tersebut pada pukul 00:00WIB.
"Saya masuk sendiri, lihat kasirnya berseragam SD dan berlambang SD. Sebab itu saya mencari penanggung jawab cafe karena berdasarkan laporannya ada 'free beer', tapi itu disangkal penanggung jawab cafe tersebut," ungkap Riono seperti dikutip Antara.
Sepengetahuan Riono, ia juga sempat menanyakan tujuan menggunakan seragam sekolah dalam event tersebut. Namun pertanyaan itu tak juga mendapat jawaban. Di sisi lain, pihak Basecamp juga tidak bisa menjamin peserta yang hadir di cafe dengan seragam sekolah tersebut, bukanlah pelajar.
"Anak sekolah ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi seluruh masyarakat dan swasta. Harusnya bukan seperti ini kegiatan yang dibuat," ucapnya.
Menurut Riono, kalau pengusaha mengadakan acara dan pengunjung berseragam sekolah lalu dapat bir maka artinya, peran swasta memberikan perlindungan dan tanggung jawab kepada pelajar di Tanjungpinang tidak ada.
"Saya masuk sendiri, lihat kasirnya berseragam SD dan berlambang SD. Sebab itu saya mencari penanggung jawab cafe karena berdasarkan laporannya ada 'free beer', tapi itu disangkal penanggung jawab cafe tersebut," ungkap Riono.
Seperti dilaporkan media lokal batampos.co.id, pemilik cafe tersebut sempat membentak Sekda Kota Tanjungpinang, Riono. Pemilik cafe sempat berkilah bahwa tidak satu pun pelajar yang datang dan mengikuti acara tersebut.