REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Gatot Nurmantyo meminta maaf atas dugaan penganiayaan dan tindak kekerasan yang dilakukan oknum anggota TNI terhadap wartawan Net TV saat melakukan peliputan kegiatan perayaan 1 Suro.
"Saya mohon maaf ya masih ada prajurit-prajurit saya yang berbuat menyakiti dan membuat rakyat tercederai tetapi yakinlah, awasi pasti akan diproses secara hukum," kata Gatot, Jakarta, Selasa (4/10).
Dia menuturkan pihaknya akan memproses kejadian itu sehingga dapat meluruskan peristiwa itu. "Bagaimanapun juga itu adalah tindakan kekerasan bisa kategori pidana maka polisi militer mengambil untuk dilakukan penyelidikan dan penyidikan," tuturnya.
Dia menuturkan Sony diperiksa sebagai saksi di Detasemen Polisi Militer untuk dimintai keterangan terkait kejadian itu. "Dimintai keterangan untuk melihat mana yang dipukulnya, apa yang dipukul untuk menguatkan," ujarnya.
Menurutnya, TNI menghormati rakyat karena dari rakyatlah lahir TNI. Dia mengatakan doktrin TNI berasal dari rakyat dan setiap orang Indonesia mempunyai darah patriot dan ksatria dalam memperjuangkan kemerdekaan.
"Waktu itu rakyat yang tidak terorganisir mereka berjuang melawan senjata yang termodern saat itu dengan senjata seadanya dan bisa menang. Masyarakat memiliki tanggung jawab untuk mengamankan (wilayah) maka dibuatlah badan keamanan rakyat. Jadi, rakyat adalah ibu kandung TNI," tuturnya.
Sebelumnya, dugaan pemukulan itu terjadi pada Minggu (2/10) di Madiun. Dalam kejadian itu, oknum anggota TNI AD menganiaya wartawan Net TV Sony Misdananto saat melakukan peliputan konvoi pesilat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dalam kegiatan perayaan 1 Suro (1 Muharam) di wilayah setempat.
Sony dipukul hingga mengalami luka lebam dan memar di pipi kiri bagian bawah. Tak hanya itu, ia juga ditendang dan peralatan liputannya berupa kamera dan memori kartu juga dirusak.