REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan kantong plastik berbayar menuai pro kontra dari masyarakat. Selain karena belum dikeluarkannya Permen dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, juga karena dampaknya yang dirasa kurang signifikan.
Peritel Metro, salah satu peritel yang tidak pernah menerapkan program tersebut. Supervisor Metro Mal Taman Anggrek, Ari, mengaku pihaknya tetap menggratiskan kantong plastik karena harus memberikan pelayanan yang baik terhadap konsumen.
"Kami mengedepankan service, meskipun tetap kami gratiskan, kami menggunakan kantong plastik yang mudah terurai," ujarnya, Sabtu (1/10).
Menurutnya, percuma jika kantong plastik berbayar namun masih menggunakan kantong plastik yang sulit terurai. Terlebih karena harga kantong plastik hanya Rp 200 per kantong.
Selama ini konsumen mempertanyakan penggunaan uang hasil kantong plastik berbayar. Sesuai dengan SE yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, uang tersebut digunakan untuk biaya pengolahan sampah oleh peritel.
Kepala Toko Indomaret MT Haryono, Kota Tangerang, Dewi Asti Arini mengaku, uang hasil penjualan kantong plastik dimasukkan ke dalam akun sales atau penjualan. Selanjutnya, dia tidak mengetahui bagaimana mekanisme di perusahaan pusat dalam mengatur hasil kantong plastik berbayar tersebut.
"Kalau di kami masuknya sales, tapi tidak tahu di pusat bagaimana ngaturnya," katanya.
Sementara dia mengaku sudah menggratiskan kantong plastik sejak kurang lebih sebulan lalu. Meskipun Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo) baru menghapuskan program tersebut per hari ini, Sabtu (1/10).