Kamis 29 Sep 2016 07:46 WIB

Air Mata Mata Air 2

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ilham
Suasana kondisi hulu sungai Cikamiri yang rusak akibat hujan deras di Pasirwangi, Kabupaten Garut. Salah satu pemicu banjir bandang di Kabupaten Garut dikarenakan area hulu sungai Cikamiri rusak terkena longsor sertt alih fungsi lahan konservasi menjadi pe
Foto:

Berdasarkan data dari Posko Penanggulangan Bencana Garut di Kodim 0611 Garut. Sebanyak 17 desa dan kelurahan di tujuh kecamatan terdampak luapan Sungai Cimanuk. Warga yang tempat tinggalnya dekat DAS Cimanuk paling banyak menjadi korban.

Warga Bojong Sudika, Kelurahan Haur Panggung, Kecamatan Tarogong Kidul, Dedi Wahyudin (24 tahun) menceritakan, banjir bandang kali ini yang terparah sepanjang 2016. Warga tidak bisa memprediksinya karena tidak lama setelah turun hujan deras, air bah datang dengan begitu cepat.

"Biasanya air dari sungai meluap perlahan, tapi kali ini meluap dengan sangat cepat jadi banyak yang panik dan tidak siap," ujarnya. 

Menurut Dedi, sepanjang 2014 pernah terjadi tiga kali banjir bandang. Kemudian, tahun berikutnya dua kali banjir bandang. Tapi, airnya meluap secara perlahan dan tidak terlalu tinggi. Tidak seperti kali ini meluap dengan sangat cepat.

Air bah turun dengan sangat cepat dari arah hulu ke hilir. Sehingga banyak yang terlambat menyelamatkan diri. Akibat terjangan air bah yang begitu cepat, ratusan rumah warga rusak dan hanyut.

Warga Kampung Cipicung, Kelurahan Cipicung, Kecamatan Banyuresmi, Ade Suryana (56) mengira, Sungai Cimanuk mengamuk karena banyak penambang pasir di gunung. Selain itu karena hutan di hulu sungai menjadi kritis.

Ade berharap wilayah di hulu sungai yang rusak bisa segara dilakukan penghijauan. "Pohon-pohon yang besar kan menyerap air, hutan jangan dirusak, tangan-tangan jahil itu yang merusak hutan," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement