REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Indonesia dinilai sudah mampu menjelma menjadi salah satu negara produsen teknologi keamanan dan pertahanan canggih dunia. Berbagai teknologi mulai dari pesawat, kapal perang, tank, senjata hingga perangkat keamanan komunikasi standar dunia berhasil diproduksi dan diminati berbagai negara lainnya.
"Potensi pasar di kawasan Asia Pasific cukup menjanjikan. Untuk itu, industri pertahanan Indonesia harus berebut kesempatan ini untuk ikut berkiprah dalam memenuhi kebutuhan peralatan pertahanan di kawasan tersebut," tandas Direktur Teknologi dan Industri Pertahanan, Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Brigjen (TNI) Jan Pieter Ate dalam keterangan tertulis dari Pameran Teknologi Pertahanan Internasional ADAS 2016, di Manila, Filipina, Rabu (28/9).
Untuk itu, lanjutnya, pihaknya sedang menyiapkan kebijakan yang kuat agar industri pertahanan dalam negeri terus tumbuh, terutama penguasaan teknologi dibidang militer. Hal ini supaya industri pertahanan Indonesia dapat memenuhi kebutuhan TNI maupun instansi lainnya, ungkapnya.
"Bersamaan dengan itu, Kemenhan akan terus mendorong industri pertahanan dalam negeri agar dapat bersaing di pasar tingkat regional maupun dunia," katanya.
Ia mencontohkan industri teknologi antisadap yang dikembangkan PT Indoguardika Cipta Kreasi (ICK). Menurutnya, industri pengamanan komunikasi ini memiliki ruang bisnis yang sangat besar. Hal ini karena teknologi antisadap merupakan kebutuhan sangat penting yang harus dimiliki oleh unsur-unsur intelijen.
"Setiap instansi keamanan dan pertahanan memiliki unsur-unsur intelijen yang membutuhkan teknologi antisadap. Keberadaan ICK sebagai industri pertahanan dalam negeri menjadi aset penting bagi bangsa Indonesia dalam rangka mengamankan informasi terutama dalam level VVIP maupun VIP," terangnya.