Selasa 27 Sep 2016 16:04 WIB

Ini Saran KLHK Agar Lahan Pertanian tak Gerus Hutan

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Dwi Murdaningsih
Warga membersihkan tumbuhan hama dari ladang sayuran mereka di tepi Kanal Banjir Timur (KBT), Jakarta Timur, Selasa (13/9).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Warga membersihkan tumbuhan hama dari ladang sayuran mereka di tepi Kanal Banjir Timur (KBT), Jakarta Timur, Selasa (13/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lahan kehutanan dan pertanian sama-sama berperan dalam kehidupan manusia. Lahan pertanian berperan untuk produksi pangan sementara lahan kehutanan berfungsi menjaga lingkungan agar terhindar dari bencana seperti banjir.

Direktur Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (PDASHL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Hilman Nugroho menilai perlu ada solusi agar keduanya tetap bisa seimbang. Salah satunya dengan menanam sayuran di antara tanaman kayu.

Hilman mengatakan masyarakat perlu bertahan hidup sehingga banyak yang memilih untuk membuka lahan pertanian di area yang seharusnya ditanamai tanaman kayu. Hal tersebut membuat air hujan tidak dapat dialirkan dengan baik sehingga menyebabkan longsor dan banjir.

"Tanaman sayuran ataupun palawija di lahan pertanian apa bisa menyerap air? Tidak," ujarnya saat ditemui di Kantor DPR RI, Selasa (27/9).

Untuk itu, agar luas hutan tidak berkurang sementara kebutuhan pangan meningkat, menurut dia, solusinya adalah menanam tanaman sayur di antara tanaman kayu. Saat ini luas lahan kritis di Indonesia mencapai sekitar 24,3 juta hektare. Perubahan lahan prima menjadi lahan kritis yang terjadi di kawasan budidaya sekitar 100 ribu hektare tiap tahunnya. Pemerintah melalui APBN hanya mampu melakukan rehabilitasi hutan seluas 500 ribu hektare per tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement