Senin 26 Sep 2016 14:42 WIB

Sentra Kerajinan Bambu Dikukuhkan di Sleman

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Produk kerajinan UMKM.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Produk kerajinan UMKM. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Keberadaan pengrajin bambu di Sleman kian berkembang. Selain ketersediaan bahan baku, perkembangan industri bambu juga didorong oleh permintaan yang semakin meningkat.

Kondisi ini yang mendorong Pemkab Sleman mengukuhkan Dusun Brajan, Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir sebagai sentra kerajinan bambu. Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun menuturkan, pengukuhan tersebut merupakan wujud komitmen Pemkab setempat dalam pengembangan produksi kerajinan bambu.

"Pengukuhan ini juga menindaklanjuti Surat Keputusan Bupati Sleman Nomor 57 Tahun 2016 tentang pengembangan Sentra Industri di Kabupaten Sleman Tahap II," tuturnya, Senin (26/9).

Muslimatun berharap pengukuhan sentra kerajinan kali ini dapat meningkatkan potensi Dusun Brajan.

Maka itu, ia mengajak seluruh pelaku usaha, stakeholder, dan masyarakat untuk bersama-sama memajukan potensi usaha kecil menengah (UKM) yang ada di masing-masing wilayah.

Salah satunya dengan menggunakan produk-produk lokal setempat. Sehingga produk-produk UKM dapat menjadi tuan rumah di wilayah sendiri. Pasalnya, menurut Muslimatun, salah satu pelaku usaha yang memiliki eksistensi penting dalam pembangunan perekonomian daerah di Sleman adalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

“Keberadaan UMKM, memiliki hubungan positif dalam program penurunan angka kemiskinan dan penyerapan tenaga kerja. Hingga akhir 2015 Kabupaten Sleman memiliki 36 ribu UKM”, ujarnya. Ia berharap angka tersebut dapat ditambah, sehingga perkembangan ekonomi daerah dapat meningkat.

Ketua Kelompok Pengrajin Bambu Brajan, Sulisman menuturkan, dusunnya mulai merintis menjadi sentra kerajinan bambu sejak 1991. Sebelum 1990, Brajan merupakan kawasan kumuh dengan ekonomi masyarakat dibawah garis kemiskinan. Hampir setiap rumah terbuat dari anyaman bambu yang disebut gedhek.

Selain itu, anak-anak muda di sana jarang bersekolah karena kekurangan biaya. Keadaan tersebut membuat masyarakat Brajan memutar otak. Akhirnya dengan bekal kemampuan menganyam bambu mereka mulai memberanikan diri memproduksi kerajinan hingga sekarang.

“Dengan bambu lambat laun kehidupan ekonomi masyarakat Brajan meningkat, sampau bisa bertahan dan menjadi sumber penghasilan warga hingga sekarang," kata Sulisman mengingat masa lalu dusunnya. Ia mengatakan pada 2004, Dusun Brajan dicanangkan menjadi Desa Wisata Cindera mata Kerajinan Bambu.

Namun sempat vakum beberapa tahun. Baru pada tahun kelima desa wisata dikelola dan dikembangkan lagi oleh masyarakat. Saat ini terdapat kurang lebih 120 pengrajin dan 8 pengepul produk kerajinan bambu di Dusun Branjan. "Selain itu, Branjan juga menjadi tempat study wisata kerajinan yang menyediakan homestay dengan kapasitas 50 orang," ujar Sulisman.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Sleman, Pustopo menyampaikan, tujuan pengukuhan sentra industri adalah untuk meningkatkan kompetensi daerah dalam persaingan ekonomi global. Selain itu, pengukuhan juga dilakukan untuk meningkatkan peran serta kelembagaan sentra dalam pemberdayaan ekonomi industri kecil. "Pada tahun 2015 Kabupaten Sleman mengukuhkan 10 sentra kerajinan, dan 2016 ini mengukuhkan 6 sentra termasuk Dusun Brajan," kata Pustopo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement