REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Kerajinan batu fosil Kabupaten Lebak, Banten, mampu menembus pasar dunia sehingga menyumbangkan pendapatan ekonomi masyarakat dan penyerapan lapangan pekerjaan.
"Kami memberikan apresiasi terhadap pengrajin batu fosil karena produksinya menembus pasar mancanegara itu," kata Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Herisnen, di Lebak, Jumat (23/9).
Pemerintah daerah terus mendorong pengrajin batu fosil tumbuh dan berkembang sehingga memberikan kesejahteraan bagi masyarakat setempat.
Saat ini, jumlah pengrajin batu fosil tercatat 16 unit tersebar di Kecamatan Sajira, Rangkasbitung, Cimarga, Maja, Cipanas, dan Curugbitung.
Daerah-daerah tersebut sebagai sentra produk batu fosil karena bahan bakunya banyak ditemukan di hutan maupun sungai. Warga setiap hari menjualnya ke sejumlah pengrajin dengan kisaran antara Rp 5.000 hingga Rp 10.000 per kilogram. "Kami terus mendorong pengrajin dapat meningkatkan kualitas produk batu fosil itu," ujarnya.
Menurut dia, pengrajin batu fosil di Provinsi Banten yang ada hanya di Kabupaten Lebak karena dirintis sejak 1970-an.
Sebagian besar batu fosil itu dibuat kerajinan meja dan kursi. Batu fosil dinilai sangat unik dari segi warna maupun jenis juga memiliki nilai seni cukup tinggi. Pangsa pasar batu fosil sudah tembus negara ASEAN, Eropa dan AS.
Kegunaan batu fosil itu untuk keperluan perlengkapan perumahan. "Biasanya, mereka digunakan untuk duduk-duduk sambil bersantai, sebab batu fosil cukup dingin dan kuat hingga jutaan tahun," katanya.
Salah seorang perajin batu fosil Pepen (45) warga Cidengdong, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak mengaku, pihaknya banyak menerima permintaan batu fosil berbentuk kursi dan meja dari sejumlah negara. "Mereka langsung mendatangi pengrajin batu fosil dan tidak melalui agen lagi, ujarnya.
Sebelumnya sistem pemasaran dengan menjual langsung ke luar negeri melalui jasa agen di Jakarta, namun sekarang langsung pembeli datang sendiri ke lokasi pengrajin. Sebab jika mereka datang ke pengrajin, tentu merasa puas karena sesuai dengan keinginan mereka.
Batu fosil berasal dari akar pohon yang usianya jutaan tahun itu, banyak diminati pasar domestik maupun mancanegara. Bahkan, dirinya seringkali menampilkan pameran-pameran di Jakarta berkat bantuan pemerintah daerah. Pihaknya belum lama ini mendapat pesanan dari pembeli dari Jepang antara lima sampai 10 paket kursi dan meja.
Selain itu, pihaknya juga banyak permintaan dari negara Amerika Serikat, Cina, Thailand, Flipina dan Eropa. Namun demikian, perajin batu fosil masih dikerjakan secara manual sehingga memakan waktu cukup lama bahkan ada sampai enam bulan. "Kami terus meningkatkan produksi karena permintaan pasar relatif tinggi," ujarnya.