REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Produk kerajinan batu seni di Kabupaten Lebak, Banten, berhasil menembus pasar dunia mudai dari sejumlah negara seperti Jepang hingga AS. Bisnis kerajinan ini berpotensi meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat dan penyerapan lapangan pekerjaan.
"Kami setiap bulan menerima permintaan ekspor antara 20-30 produk kerajinan batu seni," kata Mulyanto (45), seorang perajin saat ditemui di Gerai Pameran Produk Lebak, Sabtu (1/10).
Produk kerajinan batu seni yang bahan bakunya menggunakan batu fosil yang tersebar di Kecamatan Maja, Sajira, Muncang, Cipanas dan Cimarga.
Bahan baku batu fosil tersebut diproduksi kerajinan seni aneka binatang, miniatur menara Banten, patung, asbak rokok, kursi dan meja.
Saat ini, permintaan batu seni kerajinan tersebut ke beberapa negara antara lain Korea Selatan, Singapura, Jepang, Amerika Serikat, Belanda hingga sejumlah negara di Timur Tengah.
Kebanyakan pembeli batu seni itu ditampung oleh kolektor dari Jakarta atau Bandung untuk dijual ke luar negeri.
Produk kerajinan batu seni asal Lebak itu memiliki keunikan dibandingkan dari bahan bambu maupun kayu-kayuan. "Kami berharap melalui pameran produk Lebak ini dapat dikenal masyarakat luas," katanya.
Seorang perajin Pepen (45) warga Cidengdong, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak mengaku, pihaknya banyak menerima permintaan batu seni berbentuk kursi dan meja dari sejumlah negara. Namun, kebanyakan mereka pembeli langsung mendatangi perajin seni batu fosil tersebut tanpa melalui kolektor.
Sebelumnya, sistem pemasaran dengan menjual langsung ke luar negeri melalui jasa agen di Jakarta, namun sekarang langsung pembeli datang sendiri ke lokasi perajin.
Sebab jika mereka datang ke perajin, tentu merasa puas karena sesuai dengan keinginan mereka.
Produk batu alam tersebut berasal dari akar pohon yang usianya jutaan tahun itu, banyak diminati pasar domestik maupun mancanegara.
Bahkan, dirinya seringkali menampilkan pameran-pameran di Jakarta berkat bantuan pemerintah daerah. Pihaknya belum lama ini mendapat pesanan dari pembeli dari Jepang antara lima sampai 10 paket kursi dan meja.
Selain itu, pihaknya juga banyak permintaan dari negara Amerika Serikat, China, Thailand, Filipina dan Eropa. "Kami terus meningkatkan produksi karena permintaan pasar relatif tinggi," ujarnya.
Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak Herisnen mengatakan, pihaknya mendorong kerajinan batu seni itu tumbuh dan berkembang sehingga memberikan kesejahteraan bagi masyarakat setempat.
Saat ini, jumlah kerajinan batu fosil tercatat 16 unit tersebar di Kecamatan Sajira, Rangkasbitung, Cimarga, Maja, Cipanas dan Curugbitung. Daerah-daerah tersebut sebagai sentra produk batu fosil karena bahan bakunya banyak ditemukan di hutan maupun sungai.
Warga setiap hari menjualnya ke sejumlah perajin dengan kisaran antara Rp 5.000 hingga Rp 10.000 per kilogram. "Kami minta perajin dapat meningkatkan kualitas produk batu fosil itu," ujarnya.