REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengungkapkan pecahnya koalisi kekeluargaan yang terdiri dari Gerindra, PKS, PAN, Demokrat, PKB dan PPP, akibat dari tak sejalannya mereka dalam menentukan siapa calon gubernur yang akan diusung.
Kemarin (22/9), Demokrat, PAN, PKB dan PPP memutuskan untuk mengusung calon mereka sendiri. Keputusan itu tak sejalan dengan Gerindra dan PKS.
''Karena di sana kan sudah memutuskan bahwa Agus Harimurti yang jadi nomor satu. Tentu kami berbeda pendapat. Saya kira tidak ada masalah, kita lihat saja nanti,'' kata Fadli, kepada wartawan, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (23/9).
Fadli tidak mempersoalkan perbedaan pendapat tersebut. Dia menghormati pilihan koalisi Cikeas yang mengusung Agus Harimurti dan Silviana Murni. Gerindra, kata dia, tak ingin mengambil risiko dengan mengusung Agus, karena modal politiknya dinilai masih sangat sedikit. Sementara, waktu untuk sosialisasi juga sudah sempit.
''Menurut saya sih tak ada masalah, kita harus hormati hak dari parpol untuk mencalonkan sosok yang ada. Memang Pilkada DKI merupakan Pilkada yang istimewa, sehingga membutuhkan komunikasi politik yang lebih alot. Jadi kita hormati pilihan-pilihan yang ada,'' jelasnya.
Meski demikian, ia memprediksi pasangan pejawat Ahok-Djarot tetap menjadi pesaing berat, karena telah mempunyai modal politik yang besar. ''Kalau Agus masih kecil modal politiknya,'' ucapnya.
Wakil ketua DPR itu menambahkan, semua faktor dilihat demi mencari pasangan yang terbaik untuk menghadapi Pilkada DKI dan diharapkan masyarakat.