REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Teroris Harits Abu Ulya mengatakan banyaknya kelompok teroris Santoso tertangkap sejak aparat TNI masuk dalam Satgas Tinombala. Alasannya karena kelompok terduga teroris tersebut menggunakan strategi gerilya dan yang menguasai startegi tersebut adalah TNI.
"Karena yang dihadapi ini kan yang menggunakan taktik gerilya di hutan sementara kalau mengandalkan kemampuan polisi atau Brimob semata, baik densus atau Brimob mereka memang tidak memiliki kemampuan untuk gerilya di hutan," ujar Harits saat dihubungi di Jakarta, Rabu (21/9).
Sehingga menurutnya apabila tidak ada tim gabungan dari tentara TNI, ke depannya ini akan menjadi kendala yang sangat serius. Maka, lanjut Harits, dibutuhkan tentara TNI untuk menyelesaikan orang-orang yang bergerilya di hutan tersebut.
"Kalau kapasitas yang dimiliki oleh polisi tidak untuk itu, makanya Tinombala kesekian kali itu kemudian melibatkan TNI," jelasnya.
Sejak bergabungnya TNI tersebut masih kata Harits memberikan pengaruh yang signifikan. Misalnya kata dia untuk mengetahui bagaimana pergerakan para terduga teroris tersebut di hutan.