Kamis 22 Sep 2016 07:23 WIB

Pengamat: Banyak Anggota Santoso Tertangkap Sejak TNI Bergabung

Rep: Mabruroh / Red: Angga Indrawan
Petugas kepolisian menunjukkan foto 10 orang anggota kelompok Santoso yang tertembak oleh Satgas Operasi Tinombala 2016 di Mapolda Sulawesi Tengah, Palu, Kamis (30/6).
Foto: Antara/Basri Marzuki
Petugas kepolisian menunjukkan foto 10 orang anggota kelompok Santoso yang tertembak oleh Satgas Operasi Tinombala 2016 di Mapolda Sulawesi Tengah, Palu, Kamis (30/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Teroris Harits Abu Ulya mengatakan banyaknya kelompok teroris Santoso tertangkap sejak aparat TNI masuk dalam Satgas Tinombala. Alasannya karena kelompok terduga teroris tersebut menggunakan strategi gerilya dan yang menguasai startegi tersebut adalah TNI.

"Karena yang dihadapi ini kan yang menggunakan taktik gerilya di hutan  sementara kalau mengandalkan kemampuan polisi atau Brimob semata, baik densus atau Brimob mereka memang tidak memiliki kemampuan untuk gerilya di hutan," ujar Harits saat dihubungi di Jakarta, Rabu (21/9).

Sehingga menurutnya apabila tidak ada tim gabungan dari tentara TNI, ke depannya ini akan menjadi kendala yang sangat serius. Maka, lanjut Harits, dibutuhkan tentara TNI untuk menyelesaikan orang-orang yang bergerilya di hutan tersebut.

"Kalau kapasitas yang dimiliki oleh polisi tidak untuk itu, makanya Tinombala kesekian kali itu kemudian melibatkan TNI," jelasnya.

Sejak bergabungnya TNI tersebut masih kata Harits memberikan pengaruh yang signifikan. Misalnya kata dia untuk mengetahui bagaimana pergerakan para terduga teroris tersebut di hutan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement