Senin 19 Sep 2016 17:03 WIB

Diduga Diseruduk Muridnya, Guru Ini Terancam Lumpuh

Rep: Issha Harruma/ Red: Bilal Ramadhan
Guru di Medan, Rosita (36 tahun) terancam lumpuh karena diseruduk siswanya.
Foto: Republika/Issha Harruma
Guru di Medan, Rosita (36 tahun) terancam lumpuh karena diseruduk siswanya.

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Seorang guru di SMP Sutomo 1 Medan diduga menjadi korban kekerasan yang dilakukan muridnya. Guru Matematika bernama Rosita (36) itu pun terancam lumpuh setelah diseruduk oleh siswanya.

Saat dijumpai Republika.co.id, Rosita menggunakan kursi roda. Dia pun tak tahan duduk lama di kursi itu. Sesekali dia berdiri dengan bertumpu pada alat bantu walker. Di pinggangnya pun terbelit korset agar bisa tetap duduk tegak.

"Dokter bilang meradang karena kena hempasan yang kuat. Sebelumnya saya tidak pernah masalah sama tulang-tulang," kata Rosita, Senin (19/9).

Berdasarkan hasil rontgen dan pemeriksaan dokter, tulang panggul Rosita diketahui bergeser. Bantalan tulang belakangnya pun robek. Cedera itu kemudian mengalami peradangan. Menurut Rosita, tidak ada dokter yang bisa memastikan sampai kapan dia akan mengalami cedera itu.

Dokter pun menawarkan beberapa pilihan pengobatan. Pertama, meminum obat dan fisioterapi. Tahap berikutnya, suntik dan terakhir, operasi di Singapura. Pilihan yang terakhir, lanjutnya, memiliki resiko yang sangat besar.

"Operasi itu tiga kemungkinannya. Lebih baik, tetap atau lumpuh. Umur saya 36 tahun. Saya lebih bagus menghadap tuhan daripada duduk di sini (kursi roda)," ujar dia sambil menahan tangis.

Rosita menjelaskan, kondisi yang dia alami berawal pada Rabu, 20 April 2016 siang. Saat itu, seorang siswa kelas VII (saat ini duduk di kelas VIII) berinisial FL menabraknya di dekat gerbang sekolah.

"Saya enggak nyangka. Waktu itu gerbang dalam keadaan tertutup, dia datang dari arah gerbang, dia sendiri di sana. Dia terus lari kencang menabrak saya, enggak ada niat mengelak. Saya enggak jatuh, saya tahan pakai kaki kanan. Satu kaki saya kebas waktu itu," jelas Rosita.

Warga Jalan Selam IV, Mandala, Medan itu menduga, FL sengaja menabraknya. Dugaan ini muncul karena siswanya itu pernah mengeluarkan ancaman untuknya. Ancaman ini, lanjut Rosita, dikeluarkan karena Rosita kerap menegur dan menasehati FL akibat sering tidak mengerjakan tugas sekolah.

"Suatu hari, seingat saya dua minggu sebelum kejadian, saya masuk ke kelasnya. Pas lonceng istirahat, dia datangi meja saya, bilang 'awas kau suatu hari nanti'. Waktu itu saya tidak peduli. Saya langsung siap-siap keluar dari kelas," ujar dia.

Atas kejadian ini, FL dibawa ke bagian Bimbingan Penyuluhan (BP) SMP Sutomo 1 Medan. Guru BP pun menghubungi orangtuanya. Setelah melalui pembicaraan yang alot, orang tua FL akhirnya menyatakan bertanggung jawab. Ayahnya pun berjanji akan membiayai seluruh pengobatan Rosita.

"Dia bilang suruh ke rumah sakit, 'nanti saya yang tanggung biayanya'," ujar Rosita menirukan ucapan ayah FL saat itu.

Namun, belakangan janji itu diingkari. Nota pengobatan yang diajukan Rosita untuk diganti pun diabaikan. Bahkan, pihak SMP Sutomo 1 Medan yang awalnya mendampingi dan memediasi Rosita dengan keluarga FL belakangan meninggalkannya.

Salah satu perlakuan sekolah yang membuat Rosita bingung adalah dia tidak lagi digaji. Perlakuan ini tidak sama seperti guru lain yang juga mengalami masalah kesehatan. Di sekolah favorit ini, guru-guru lain yang sakit tetap mendapatkan gaji. Selain itu, jam mengajarnya pun dikurangi.

"Saya ngajar dari 2003. Jam pelajaran saya kalau nggak ditambah, tetap. Biasanya 36 jam, bisa 40 seminggu. Ini saya heran kenapa jadi 24 jam, berkurang banyak. Terakhir, jadwal saya hilang. Gaji sejak bulan tujuh saya juga tidak dibayarkan lagi," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement