Senin 19 Sep 2016 16:47 WIB

Mahasiswa UI Kembangkan Tongkat Elektronik untuk Difabel

Tongkat untuk difabel. Ilustrasi
Foto: Reuters
Tongkat untuk difabel. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiga mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) mengembangkan tongkat elektronik dengan sistem radar dan "GPS" bagi penyandang tunanetra. Pembuatan tongkat ini didasarkan atas keterbatasan tongkat konvensional, di mana sudut dan jarak jangkauan hanya terbatas pada satu sudut tertentu saja dengan jangkauan hanya sepanjang tongkatnya.

"Demikian pula pada sisi jarak dan sudut pendeteksian objek penghalang sangat terbatas. Lebih lanjut, ketika penyandang tunanetra memasuki wilayah baru, maka ia akan kesulitan untuk kembali pulang dan dapat tersesat," kata salah satu pencipta Suharsono Halim melalui siaran pers, Senin (19/9).

Dibandingkan dengan tongkat konvensional, tongkat elektronik ini memiliki keunggulan dapat memetakan objek pada lebih dari satu sudut yaitu sisi depan, sisi kanan dan kiri pengguna tanpa harus meraba-raba. Alat ini juga mampu mengirimkan titik koordinat posisi pengguna kepada kerabat sehingga penyandang tunanetra tidak perlu khawatir tersesat.

Suharsono bersama temannya Finna Handafiah dan Ria Aprilliyani berharap mampu memberikan solusi atas kendala yang dialami para penyandang tunanetra dan dapat meningkatkan mobilitas pengguna. Tongkat elektronik karya Harso dan tim merupakan perangkat mekanik yang berfungsi sebagai alat bantu bagi penyandang tunanetra yang cepat dan aman.

Tongkat dengan berat lebih kurang 1,5 kg dan panjang 1 meter ini telah melalui tahap eksperimen serta pengujian kenyamanan dan keamanan dengan sistem yang ergonomis secara langsung kepada penyandang tunanetra.

Tongkat elektrik memiliki cara kerja hampir sama dengan tongkat pada umumnya, namun dilengkapi tambahan konsep radar, fitur "Global Positioning System" (GPS) serta sebuah rompi.

Sistem radar diperoleh dari tiga buah sensor jarak berbasis ultrasonik dan sebuah motor servo yang mampu memetakan objek penghalang disekitar penyandang tunanetra dengan jarak jangkauan maksimal 3 meter serta sudut jangkauan 180 derajat.

Dengan adanya radar ini maka penyandang tunanetra seakan dapat melihat keadaan sekitar yang diinformasikan dalam bentuk getaran motor pada rompinya, di mana semakin dekat dengan objek penghalang maka getaran motor di rompi tersebut akan semakin tinggi.

Sedangkan fitur GPS memungkinkan penyandang tunanetra mengabarkan kebedaraannya kepada sanak saudara/kerabat melalui titik koordinat yang dihasilkan oleh fitur GPS tersebut. Dengan menekan tombol darurat pada tongkat, alat ini akan mengirimkan posisinya kepada kerabat melalui jaringan GSM dalam format sms yang dapat dibaca melalui aplikasi yang juga telah dirancang oleh Suharsono dan tim.

Suharsono berharap ide dari pembuatan tongkat ini dapat dikembangkan dan diimplementasikan bagi penyandang tunanetra. Sehingga dapat memberikan kemudahan serta meningkatkan mobilitas pengguna seperti layaknya masyarakat pada umumnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement