REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesehatan merupakan salah satu kunci kebahagiaan hidup. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan terus mengupayakan kesejahteraan hidup seluruh masyarakat Indonesia. Melalui programnya Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), BPJS Kesehatan terus memberikan peran agar masyarakat Indonesia di seluruh lapisan tak lagi bermasalah dengan akses jaminan kesehatan.
Sejak diluncurkan pada 2014 lalu, tak sedikit masyarakat yang sudah merasakan manfaat dengan adanya asuransi yang melibatkan seluruh masyarakat itu. Irwan (61 tahun) warga Gunung Puyuh Kabupaten Sumedang Jawa Barat, contohnya. Sebelum menjadi peserta BPJS Kesehatan, Irwan telah mengeluarkan biaya puluhan juta rupiah untuk berobat stroke ringan. Irwan adalah penderita penyakit Transient Ischemic Attack (TIA) atau stroke ringan sejak 2013 silam.
Ia mengikuti program JKN dari BPJS Kesehatan sejak 2014. Dua tahun hingga sekarang, pria yang dulunya berprofesi sebagai pedagang ini tak lagi harus mengeluarkan biaya besar untuk berobat rutin. Irwan terdaftar untuk JKN kelas III. Dia hanya perlu membayar Rp 25.500 perbulan.
“Saya bersyukur dengan adanya BPJS (Kesehatan). Program JKN meringankan beban saya yang harus rutin kontrol penyakit gelaja stroke,” kata Irwan kepada Republika.co.id, Rabu (7/9).
Irwan rutin melakukan pengecekan penyakit stroke ringan itu di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumedang. Diakuinya, fasilitas JKN tidak hanya membantunya untuk penyakit stroke. Ia juga jadi mudah mengecek gejala penyakit dalam yang kadang juga dirasakan.
Manfaat JKN-KIS juga dirasakan oleh Randi Kendra Putra, seorang pegawai Swasta di Cikampek Jawa Barat. Juni lalu, Randi terkena penyakit tiphus. Randi yang berusia 27 tahun terpaksa dirawat di rumah sakit selama 10 hari karena penyakitnya itu. Randi dirawat di Rumah Sakit Saraswati Cikampek. Kebetulan, RS tersebut juga bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Jadinya Randi yang ikut program JKN kelas 1 merasa dilayani dengan baik oleh pihak rumah sakit hingga sembuh total. Selain itu, urusan administrasi dengan rumah sakit juga mudah. Sehingga ia bisa berjuang untuk sembuh dengan tenang.
“10 hari saya dirawat. Tanpa mengeluarkan satu peser pun biaya. Saya mengucapkan terima kasih dengan kepada BPJS (kesehatan),” ucap Randi.
Karena tergabung di program JKN kelas 1, Randi harus membayar iuran Rp 80 ribu perbulan. Karena bekerja di perusahaan swasta, iuran BPJS Kesehatan Randi langsung dipotong dari gaji di tempat ia bekerja. Lajang yang berasal dari Sumatera Barat ini mengaku sebenarnya ia jarang mengidap penyakit. Sejak menjadi peserta program JKN, ini baru sekali Randi dirawat.
Walau jarang menggunakan JKN-KIS, Randi tidak masalah dengan gajinya yang dipotong untuk iuran bulanan ke BPJS Kesehatan. Ia memakanai BPJS Kesehatan sebagai asuransi masyarakat yang dapat menumbuhkan sikap saling berbagi dengan semua masyarakat Indonesia terutama bagi masyarakat kurang mampu.
Rasa syukur juga diucapkan Rika Heriyanti yang baru selesai operasi penyakit Tuberculosis Payudara di Rumah Sakit Umum Daerah Cilegon. Dalam dua bulan terakhir, Rika (34) sudah dua kali dioperasi untuk mengangkat penyakit dari tubuhnya. Rika yang tergabung dalam program JKN-KIS kelas III kini sudah sembuh total. Ancaman kangker payudara yang ia takutkan kini sudah tidak ada lagi.
Rika awalnya begitu ketakutan dengan penyakit yang diidapnya itu. Karena penyakit tersebut menghalangi pekerjaannya untuk membantu suami berdagang kecil-kecilan di Pasar Kranggot Cilegon.
“Kalau tak ada pertolongan dari dana BPJS (Kesehatan) mungkin saya sudah keluar uang puluhan juta. Ini sudah dua kali operasi, saya hanya mengeluarkan uang untuk biaya suami saya yang menjaga saya di rumah sakit,” ujar Rika.