Kamis 01 Sep 2016 14:52 WIB

Rumah Penggendong Megawati Turut Digusur di Rawajati

Rep: c39/ Red: Angga Indrawan
Veteran perang Letkol (Purn) Ilyas Karim tertunduk lesu seusai rumahnya dibongkar petugas di Rawajati, Jakarta, Kamis (1/9).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Veteran perang Letkol (Purn) Ilyas Karim tertunduk lesu seusai rumahnya dibongkar petugas di Rawajati, Jakarta, Kamis (1/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah warga yang pernah menjadi penggendong Megawati Soekarno Putri di masa kecil turut digusur oleh 300 personel yang dikerahkan Pemerintah Kota Jakarta Selatan di RT 09 RW 04, Jalan Rawajati Barat III, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan. Warga tersebut juga merupakan seorang veteran pejuang, yaitu Letkol Purnawirawan Ilyas Karim. Ia mengaku menggendong Megawati lantaran dekat dengan ayah Presiden ke-5 RI tersebut, yaitu Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno.

"Dekatlah (dengan Sukarno). Megawati itu saya yang gendong-gendong waktu kecil," ujar pria 88 tahun tersebut saat ditemui di lokasi penggusuran, Kamis (1/9).

Setelah rumahnya rata dengan tanah, ia pun bingung mau tinggal di mana. Ini karena dari pihak pemerintah terkesan terburu-buru dalam melakukan penggusuran itu, walaupun sejak tahun 2015 pemerintah telah memberikan pemberitahuan. 

"Sebelumnya ada pemberitahuan, tapi mendadak, empat hari mau dibongkar baru dikasih tahu," ucap dia.

Ia merasa kecewa atas penggusuran tersebut. Padahal, kata dia, dirinya sudah membayar PBB rumah tersebut selama belasan tahun. "Rumah saya pakai PBB, KTP ada, pakai KK. Udah sebelas tahun bayar PBB kita. Ini dijajah negara sendiri namanya," kata dia.

Pengibar bendera di zaman Presiden Soekarno itu kemudian menceritakan bahwa di masa kemerdekaan, dirinya telah ikut berperang hingga ke luar negeri. "Ke mana-mana saya ikut perang, ke Kongo, Vietnam. Dulu disuruh PBB, Sukabumi juga saya ikut. Tapi pemerintah tidak tahu tentang pejuang," ujar pria yang sudah memiliki 14 anak dan 30 cucu tersebut. 

Sebagai pengibar bendera dan pejuang, Ilyas merasa kecewa terhadap pemerintah saat ini. Karena itu, ia menyebut bahwa negara ini kini bukanlah Indonesia Raya, namun "Indocia Gaya". Pasalnya, lanjut dia, sekarang pejabat di Indonesia dipegang oleh orang Cina semua. "Saya dulu memperjuangkan kemerdekaan untuk rakyat, tapi yang merdeka sekarang pejabat, yang rakyat tetap melarat. Kalau dulu, pejabat bapak rakyat, sekarang bapak laknat. Jahat kepada rakyat, termasuk saya ini, kenak jahat," ucap Ilyas.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement