REPUBLIKA.CO.ID,SUKABUMI — Keberadaan gas elpiji tiga kilogram atau gas melon masih langka di selatan Kabupaten Sukabumi. Dampaknya, harga gas elpiji melambung tinggi.
‘’Warga kesulitan mendapatkan gas melon,’’ ujar salah seorang warga di Kecamatan Surade, Rukoyah (74 tahun) kepada wartawan Senin (29/8). Menurutnya, untuk mendapatkan gas warga harus mencarinya hingga ke kota. Padahal, ujar Rukoyah, warga biasanya dengan mudah mendapatkan gas elpiji tiga kilogram di warung atau pengecer dekat rumah. Namun kini sejumlah warung di dekat permukiman warga mengalami kekosongan pasokan gas melon.
Salah seorang pengecer di Kecamatan Surade Ida (47 tahun) mengatakan, para pedagang memang mengalami kesulitan mendapatkan pasokan gas. ‘’Pasokan dari pangkalan mengalami penurunan,’’ kata dia. Kondisi ini, ungkap Ida, menyebabkan pasokan gas di tingkat pengecer cepat habis terjual. Hal ini dikarenakan ketika gas elpiji dijual maka banyak warga yang langsung membelinya.
Kelangkaan gas tersebut, kata Ida, berdampak pada naiknya harga gas elpiji di pasaran. Informasi yang diperolehnya ada sejumlah pengecer yang menjual hingga Rp 30 ribu per tabung. Sementara ia sendiri menjual seharga Rp 25 ribu per tabung.
Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Sukabumi Yudha Sukmagara mengatakan, untuk mengatasi kelangkaan pihaknya sudah menggelar operasi pasar (OP) gas elpiji tiga kilogram beberapa waktu lalu. ‘’Kamis udah melakukan OP di 22 titik berbeda di Sukabumi,’’ kata dia. Jumlah tabung gas yang disalurkan mencapai sebanyak 12.320 tabung per hari. Daerah yang melaksanakan OP antara lain Kecamatan Sukabumi, Cibadak, Gunungguruh, dan Surade.
Menurut Yudha, kasus kelangkaan gas elpiji ini sudah terjadi sebanyak tiga kali pada 2016. Fenomena ini tengah ditelusuri penyebabnya. Dugaan awal ungkap Yudha, ada sejumlah warga menengah ke atas yang masih menggunakan tabung gas elpiji tiga kilogram. Seharusnya, gas melon tersebut hanya digunakan kalangan menengah ke bawah.