Rabu 05 Feb 2025 14:25 WIB

Prabowo Perintahkan Pengecer Bisa Jualan, Tapi di Lapangan LPG 3 Kg Masih Sulit

LGP 3 kg sulit didapat warga. dalam beberapa pekan terakhir.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Warga antre membeli gas 3 kilogram di Jalan Rajawali, Kota Bandung, Selasa (4/2/2025). Masyarakat beberapa hari terakhir ini kesulitan mendapatkan gas elpiji 3 kg setelah ada aturan yang melarang warung pengecer untuk menjual LPG 3kg.
Foto: Edi Yusuf
Warga antre membeli gas 3 kilogram di Jalan Rajawali, Kota Bandung, Selasa (4/2/2025). Masyarakat beberapa hari terakhir ini kesulitan mendapatkan gas elpiji 3 kg setelah ada aturan yang melarang warung pengecer untuk menjual LPG 3kg.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Sejumlah warung pengecer dan pangkalan gas LPG tiga kilogram di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), mengaku belum memperoleh pasokan gas dari agen. 

Padahal Presiden Prabowo Subianto sudah memerintahkan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia agar pengecer untuk sementara tetap bisa menjual terlebih dahulu sampai proses menjadi sub pangkalan.

Baca Juga

"Gas masih kosong. Agen belum ngantar lagi ke sini," kata Purwanti (41 tahun), seorang pengecer dan pemilik warung di Jalan Kelinci Raya, Kecamatan Gayamsari, Semarang Timur, Jawa Tengah, kepada Republika, Rabu (5/2/2025).

Purwanti mengungkapkan, ketiadaan pasokan dan stok gas LPG tiga kilogram sudah berlangsung hampir sebulan terakhir. "Saya sudah telfon ke agennya, tapi selalu dijawab 'kosong, kosong'. Nanti kalau ada mungkin dikirim," ucapnya.

Di warungnya, Purwanti memiliki 13 tabung gas LPG tiga kilogram atau gas melon yang kosong. Dia mengaku setiap hari selalu ada warga yang menanyakan ketersediaan gas melon di warungnya. Namun sejak tak adanya pasokan dari agen, Purwanti tak bisa memenuhi permintaan mereka. Purwanti menjual gas melon isi ulang Rp21 ribu.

Pemiliki warung dan pengecer gas melon di Kota Semarang lainnya, Subiono (82 tahun), juga mengaku belum memperoleh pasokan dari agen LPG. "Sudah dua minggu yang lalu (tidak ada pasokan)," kata Subiono ketika diwawancara di warungnya di Jalan Gergaji Klopo, Semarang Selatan.

Subiono mengungkapkan, sebelum adanya instruksi pengecer dilarang menjual gas melon, warungnya biasa mendapat suplai dari agen dua kali dalam sepekan. Dalam sekali suplai, dia memperoleh antara tujuh hingga sepuluh gas melon. "Harga dari agen Rp18.500. Saya jual Rp21 ribu," ujarnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement