REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polisi perlu melacak orang-orang yang 'bermain' di balik pelaku peledakan bom di Gereja Santo Yosep, Medan, Sumatra Utara berinisial IAH. Hal ini diperlukan untuk membuktikan bahwa peristiwa tersebut bukanlah rekayasa.
"Biar tidak ada sandiwara, polisi perlu melacak orang-orang yang bermain di balik sosok IA," ujar Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya kepada Republika.co.id, Senin (29/8).
Menurut dia, masyarakat perlu melek. Kasus ini tidak selalu murni inisiatif kelompok atau individu tertentu. "Tapi juga bisa produk skenario intelijen dengan memanfaatkan simbol kelompok tertentu dengan memanfaatkan pribadi-pribadi yang labil dengan pendekatan indoktrinasi atau tawaran-tawaran materi," kata Harits.
Untuk itu, kata dia, soal percobaan aksi kriminal yang menyerang pastor di gereja tersebut tidak perlu berlebihan menanggapinya. "Kembali ke TKP ya itu delik pidana mengancam keselamatan orang lain. Kalau harus dijustifikasi sebagai aksi terorisme kesannya kelewat mendramatisir," jelasnya. Soal simbol terkait dengan kelompok yang dianggap radikal pada kasus Medan kali ini, menurut Harits itu bagian dari skenario penyusunan dari isu yang akan dikelola.
Seperti diberitakan sebelumnya, percobaan bom bunuh diri terjadi di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep di Jalan Dr Mansur Medan, Ahad (28/8) pagi. Saat pastor hendak menyampaikan khotbah di depan mimbar, tiba-tiba pelaku berjalan ke arahnya sambil menghunus pisau. Saat itu pelaku membawa tas ransel di punggungnya. Saksi melihat ada percikan api keluar dari dalam tas dan mulai membakar pelaku.
Pastor pun menghindar menyelamatkan diri bersama jemaat yang panik. Namun, pastor sempat terkena sayatan benda tajam di lengan kirinya.