Senin 29 Aug 2016 01:17 WIB

Aksi Teror di Medan Ditengarai Sudah Direncanakan Matang

Anggota Brimob Polri melakukan penjagaan di halaman Gereja Katolik Stasi Santo Yosep pascaperistiwa teror bom di gereja tersebut di Medan, Sumatra Utara, Minggu (28/8).
Foto: Antara/Irsan Mulyadi
Anggota Brimob Polri melakukan penjagaan di halaman Gereja Katolik Stasi Santo Yosep pascaperistiwa teror bom di gereja tersebut di Medan, Sumatra Utara, Minggu (28/8).

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Aksi teror bom dan upaya pembunuhan pastor di Geraja Katolik Stasi Santo Yosef ditengarai sudah direncakan secara matang.

Menurut Pakar Hukum Pidana Universitas Sumatera Utara (USU) Prof Dr Syafaruddin, SH, di Medan, Ahad.

indikasi perencanaan itu karena adanya barang bukti berupa pisau dan tas diduga berisi bom.

Semua itu diperkirkan telah diatur cukup rapi oleh pelaku yang berisial IAH (18), apalagi dengan berpura-pura sebagai jemaat di gereja tersebut.

Ia mengatakan, penyerangan terhadap pastor tersebut diduga bisa saja masalah dendam pribadi pelaku.

Namun, pihak kepolisian sampai saat ini masih terus mendalami kasus yang dilakukan oknum pemuda tersebut.

"Biarkanlah penyidik melakukan pengusutan terhadap kasus yang terjadi di gereja Katolik itu," ujar Guru Besar Fakultas Hukum USU tersebut.

Syafaruddin menambahkan, kasus tersebut dinilai cukup berat karena perbuatan itu dilakukan di sebuah gereja. Selain itu, pelaku juga membawa senjata tajam berupa pisau dan juga tas diduga berisi bom. Kemudian, pelaku berencana akan membunuh seorang pastor yang akan memberikan kotbah di sebuah gereja.

"Seluruh pelanggaran dan perbuatan yang dilakukan pelaku cukup berat dan sangat membahayakan masyarakat, wajar diberikan sanksi yang tegas," katanya.

Baca juga, Bom Bunuh Diri Meledak di Gereja Katolik Medan.

Sebelumnya, seorang pemuda menyerang pastor di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep di Jalan dr Mansyur Medan dengan sebuah pisau sambil membawa tas yang diduga berisi bom.

Syafruddin meminta pelaku teror ini dihukum berat.  "Pelaku yang cukup nekat itu dijatuhi dengan hukuman maksimal dan juga diperberat, sehingga dapat membuat efek jera," kata

Direktur Reskrim Umum Polda Sumut Kombes Pol Nur Falah mengatakan, pelaku berinisial IAH (18) masuk dan berpura-pura mengikuti misa di gereja tersebut.

Ketika pastor Albret S Pandiangan akan memberikan kotbah, pelaku mengejarnya hingga ke altar gereja.

Pelaku berupaya melukai pastor tersebut dengan pisau yang dibawanya, tetapi hanya mengenai bagian tangan.

Pelaku juga membawa sebuah tas yang berisi benda yang diduga bom, tetapi tidak meledak. Tas tersebut hanya mengeluarkan api dan asap.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement