REPUBLIKA.CO.ID, PAMEKASAN -- Polres Pamekasan, Jawa Timur, memediasi penyelesaian konflik sosial yang disebabkan perbedaan paham agama, antara santri yang mengatasnamakan Gerakan Santri dan Pemuda Rahmatan Lil Alamin (Gesper) dengan pengurus takmir Masjid Ridwan Pamekasan.
"Upaya mediasi terus kami lakukan, karena kami tidak ingin hal-hal buruk terjadi," kata Kapolres AKBP Nuwo Hadi Nugroho, Jumat (26/8), malam.
Konflik agama di Pamekasan itu terjadi lantaran pihak pengurus Takmir Masjid Ridwan berencana menggelar kajian ilmiah dengan mengundang tokoh bernama Dr Syafiq Riza Basalamah pada Sabtu (27/8). Gesper mengenal tokoh ini berpaham Wahabi dan menganggapnya kontroversial dengan mayoritas kaum Muslim di Pamekasan.
Pada Jumat (26/8) sore, massa Gesper berunjuk rasa di depan Masjid Ridwan di Jalan Pangeran Diponegoro. Mereka meminta agar pengurus Takmir Masjid Ridwan tidak mendatangkan tokoh itu. Alasannya, karena selama ini ceramah-ceramahnya cenderung kontroversi dan memojokkan umat Islam lainnya yang berbeda paham.
Namun, pihak Takmir Masjid Ridwan tetap bersikukuh menggelar acara itu dengan dalih, bukan untuk memojokkan kelompok atau golongan tertentu, melainkan untuk menambah wawasan keagamaan. Kelompok Gesper mengancam, akan melakukan aksi yang lebih besar lagi, jika pada Sabtu (27/8), pengurus Takmir Masjid Ridwan tetap menggelar kajian ilmiah itu.
"Jadi, kedua belah pihak ini, memang sama-sama bertahan dengan prinsipnya masing-masing," kata Kapolres.
Namun demikian, Kapolres mengaku, telah mempersiapkan beberapa opsi sebagai solusi alternatif untuk meredam masalah tersebut. Selain terus melakukan pendekatan kepada kedua belah pihak itu. "Ini masalah yang sangat sensitif, dan oleh karena itu dukungan dari semua pihak untuk menyejukkan masalah ini, termasuk media sangat kami harapkan," katanya.