REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kinerja Kabinet Kerja pimpinan Joko Widodo-Jusuf Kalla masih mendapat kritik dari mahasiswa. Pada focus grup discussion (FGD) yang dilaksanakan oleh Bidang SDM Strategis PP KAMMI, Jumat (25/8) di Bilangan Menteng Jakarta Pusat,mengangkat Tema “Menyoal Nawa Cita Jokowi-JK”, KAMMI menilai nawacita masih pada taraf kampanye dan slogan.
Sekretaris Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) Strategis KAMMI Arif Satriantoro menjelaskan, sebagai gerakan mahasiswa yang bergerak pada politik nilai, KAMMI tidak ingin pemerintah lengah dan terlena dengan berbagai macam kerusakan yang ada dan membiarkan berlarut-larut.
“Kami ingin mengevaluasi pelaksanaan Nawa Cita yang menjadi Road Map pemerintahan sekarang. Dari sembilan poin yang menjadi tujuan dari pelaksanaan nawaciita, mari kita kupas satu persatu. Indikator-indikator apa yang sudah dicapai dan bagaimana proses capaian untuk sampai pada upaya mewujudkan cita-cita kemerdekaan”, ujar Arif Satriantoro.
Menurut dia, KAMMI berharap adanya tata kelola penyelenggara negara yang baik, meliputi eksekutif, legislatif dan yudikatif yang hanya bisa dibangun dengan sistem yang baik. “Saat ini kami belum melihat ada upaya ke arah sana dengan serius, pemerintah masih terjebak pada proyek-proyek mercusuar yang syarat dengan anggaran”, terang Alumnus Fakultas Hukum UNS itu.
Padahal, sembilan poin yang ada pada nawacita pada dasarnya mengarah pada pembangunan sumber daya manusia. “Tapi pada kenyataannya kami tidak melihat itu menjadi perhatian serius”, ujar Direktur Departemen Kajian Politik Soshum Orbit Indonesia, Anis Maryuni Ardi.
Menurut dia, pembangunan manusia itu meliputi bagaimana proses pendidikan baik formal dan non formal, kesehatan dan penyemaian karakter bangsa yang menjadi tanggung jawab semua elemen bangsa. Dia menjelaskan, kesadaran untuk menyelamatkan aset masa depan bangsa adalah tugas semua kalangan. Benturan teknologi dan adanya gelombang generasi yang memiliki semangat zaman yang berbeda harus menjadi perhatian serius.”
“Kami ingin pemerintah sadar bahwa bukan hanya SDA yang menjadi prioritas pembangunan, namun juga SDM guna mendapatkan manusia-manusia unggul, lalu bagaimana teknisnya, tentu variannya sangat luas. Dalam hal ini, pemerintah dapat melakukan berbagai pendekatan, sehingga visi kebangsaan bisa tercapai”, terang mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Pertahanan ini.