REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sejumlah ibu di Yogyakarta menyatakan dukungan atas rencana kenaikan harga rokok yang akan diterapkan pemerintah. Mereka beranggapan jika harga naik maka suami dan anak laki-laki mereka akan berpikir ulang untuk merokok.
"Kalau harganya naik, suami saya sudah janji mau berhenti merokok," kata Erna, Ibu rumah tangga di Umbulharjo, Yogyakarta, Selasa (23/8).
Suaminya adalah sopir taksi yang pendapatannya tidak pasti setiap hari. Sementara anaknya mulai beranjak dewasa dan membutuhkan biaya sosial yang semakin tinggi. "Biasanya sehari satu bungkus, kadang habis kadang tidak. Kalau naik Rp 50 ribu bisa-bisa sebulan Rp 1,5 juta sama dengan uang belanja," ujarnya.
Karenanya dia berharap kenaikan harga cukai rokok membuat para perokok berhenti untuk merokok. "Setidaknya mengurangii," katanya.
Hal senada diungkapkan Hartini, warga Nitikan, Umbulharjo, Yogyakarta. Dia berharap anak laki-lakinya yang mulai mengenal rokok akan berhenti jika harga rokok naik. "Uang sakunya tidak cukup untuk membeli rokok," katanya.
Wahyuni, pedagang sayur di Pasar Kotagede, Yogyakarta juga mengaku senang jika harga rokok naik. Suaminya yang menjadi tukang bangunan, menjadi perokok cukup lama. "Harga naik ya tidak cukup upahnya untuk beli rokok, biar saja nanti kan terus berhenti. Kalau buat beli rokok terus yang buat beli beras apa?" katanya.
Namun begitu kata dia, di desanya, Pleret, Bantul laki-laki bisa saja merokok dengan cara meracik sendiri. Jadi kalau harga rokok mahal, bisa jadi suaminya tetap merokok dengan rokok racikan. "Bahannya (rokok linting) juga banyak di warung," katanya.