REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Demam berdarah mengintai warga Kota Malang pada musim peralihan seperti saat ini. Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat kasus demam berdarah masih tinggi meski curah hujan berangsur turun. Pada Juli lalu, jumlah penderita demam berdarah mencapai 120 orang.
Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit, dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Husnul Muarif mengatakan pihaknya fokus menekan angka penderita demam berdarah. "Pada Agustus jumlah penderita ada empat orang dan kita berharap jangan sampai bertambah," terang Husnul saat ditemui pada Selasa (23/8) di Malang.
Jika dibandingkan dengan tahun lalu, jumlah penderita demam berdarah tahun ini meningkat. Sepanjang 2015 jumlah penderita demam berdarah sebanyak 392. Sedangkan tahun ini pada semester pertama jumlahnya sudah mencapai 402 kasus. Kematian akibat demam berdarah pada 2015 ada tiga sedangkan semester pertama 2016 ada dua penderita.
Husnul mengingatkan kepada masyarakat agar rutin melaksanakan 3M Plus. "Plus menaburkan abate, memasang kelambu dan obat nyamuk, serta membuat perangkap nyamuk," tambahnya.
Sebagai upaya preventif agar nyamuk aedes aegepty tidak berkembang biak, dia menyarankan sebaiknya membuat perangkap nyamuk. Perangkap dibuat dari wadah ember atau botol yang diisi air kemudian ditutup kasa hitam yang halus. Perangkap akan menarik perhatian nyamuk untuk bertelur. Telur nyamuk yang ada di dalam genangan akan menjadi nyamuk namun terperangkap tidak bisa keluar karena tertutup kasa.
Selain itu, faktor pemicu demam berdarah yang banyak dilupakan masyarakat adalah mengabaikan tempat perindukan nyamuk. Tempat perindukan nyamuk adalah air bersih yang berhubungan langsung dengan tanah namun sering dianggap sepele. Misalnya genangan air di lubang tiang bendera dan di pot tanaman. "Jangan biarkan genangan air walau setetes karena bisa menjadi tempat berkembang biak nyamuk," pungkas Husnul.