REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan hasil survei Kedai KOPI, elektabilitas pejawat Gubernur Basuki Thajaja Purnama (Ahok) tertahan di bawah dan belum bisa melampaui 50 persen. Sementara, elektabilitas Tri Rismaharini menguat tajam.
Salah satu pendiri Lembaga Survei Kedai KOPI Hendri Satrio mengatakan, survei bertajuk "Ini Kata Publik Jakarta Tentang Calon Gubernur Mereka" yang diluncurkan pihaknya dilaksanakan pada 11-13 Agustus 2016 dengan wawancara tatap muka kepada 400 responden yang tersebar secara proporsional di 40 kelurahan di Jakarta. Pemilihan sampel, kata dia, dilakukan secara acak menggunakan metode sampel acak bertingkat dengan margin of error (MOE) 4,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
"Hasil survei menunjukkan gubernur pejawat Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) posisi elektabilitasnya tertahan di bawah, belum bisa melampaui 50 persen + 1. Elektabilitas Ahok pada survei periode ini hanya 47,9 persen, bahkan pada pertanyaan terbuka elektabilitas Ahok lebih rendah, hanya 44,5 persen," katanya, di Jakarta, Kamis (18/8).
Jika dibandingkan hasil survei Februari 2016 lalu, elektabilitas Ahok terbaca stagnan. Sementara, Risma berdasarkan hasil survei elektabilitasnya menguat tajam menjadi 28,6 persen atau naik 22,8 persen dibanding dengan hasil survei Februari 2016 lalu yang hanya 5,8 persen.
Popularitas Risma, terang Hendri, juga terbilang tinggi hingga mencapai 81,4 persen. Nama Rizal Ramli juga harus diperhitungkan pada laga menuju DKI 1 ini.
Rizal yang belum melakukan berbagai gerakan kampanye memiliki elektabilitas yang seimbang dengan Sandiaga Uno yang sudah melakukan pergerakan sebesar 3,5 persen. Bahkan saat dilakukan simulasi head to head dengan Ahok, Rizal sudah meraih angka 18,5 persen, sementara Ahok 61,8 persen.
Responden yang mewakili publik Jakarta juga memunculkan pernyataan yang mengejutkan. Hanya 57 persen yang menyatakan sudah mantap dengan pilihannya, 36 persen menyatakan bisa berubah. Saat ditanyakan tentang keikutsertaan dalam pilkada, 87 persen responden mengatakan akan ikut pemilihan.
Hal menarik lainnya, ujar dia, 74 persen responden percaya tokoh lain berpeluang mengalahkan pejawat. Hingga kini tampaknya masyarakat masih menimbang-nimbang calon alternatif selain pejawat.
Hingga saat ini nama-nama seperti Tri Rismaharini, Rizal Ramli, Budi Waseso dan Sandiaga Uno memiliki masih peluang.
Ada tiga faktor kuat yang berpengaruh sehingga pejawat dapat kalah dalam Pilkada DKI 2017 kelak.
Antara lain, sekitar 34,8 persen responden percaya Ahok akan kalah bila tersandung kasus hukum. Ada 13,3 persen responden percaya Ahok akan kalah bila ada koalisi antara PDIP dan Gerindra, 11,8 persen responden mengatakan Ahok bisa kalah bila hanya dua pasang calon, 14 persen mengatakan faktor lain di luar tiga faktor di atas.
Responden juga sebagian besar bisa menerima pemimpin berbeda agama (67 persen), sementara 33 persen lainnya menyatakan tidak bisa. Saat ditanya tentang Teman Ahok, 86 persen responden menyatakan tidak pernah menyerahkan KTP ke Teman Ahok, 14 persen lainnya menyatakan pernah.