Selasa 09 Aug 2016 11:48 WIB

WNI Diculik Lagi, Pengamat: Opsi Perang Lebih Masuk Akal

Perwakilan keluarga WNI korban penculikan kelompok Abu Sayyaf di Filipina mendatangi Direktorat Jenderal Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) di Jakarta, Senin (1/8).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Perwakilan keluarga WNI korban penculikan kelompok Abu Sayyaf di Filipina mendatangi Direktorat Jenderal Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) di Jakarta, Senin (1/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Al Chaidar, menilai sudah saatnya pemerintah Indonesia dan Filipina melakukan pembebasan sandera melalui operasi militer setelah satu lagi WNI diculik kelompok separatis bersenjata Abu Sayyaf di perairan Malaysia pada 3 Agustus.

Menurut Chaidar, tindakan Abu Sayyaf menculik WNI terlebih yang beragama Islam, tidak sesuai dengan semangat jihad yang diperjuangkan kelompok Muslim minoritas tersebut.

"Kalau mereka menculik orang beragama lain masih ada kemenangan teologis bagi mereka, mereka masih punya motif. Tetapi kalau menyerang Muslim ya sudah (kita) serang saja habis-habisan, tidak perlu ada negosiasi lagi," ujar dia saat dihubungi di Jakarta, Selasa (9/8).

Baca: Panglima: Pasukan Khusus Siap Bebaskan WNI Disandera

Menyebut kelompok Abu Sayyaf sebagai pecandu penculikan atau kidnap addict, Chaidar menganggap peristiwa penyanderaan yang telah lima kali menimpa WNI sebagai pernyataan perang yang harus ditanggapi serius oleh pemerintah Indonesia.

"Opsi perang jauh lebih masuk akal, karena kalau negosiasi nanti mereka akan menculik lagi," ujar pria asal Aceh itu.

Proses perundingan, menurut dia, juga semakin rumit karena posisi penyanderaan yang berada di teritori Filipina membuat pemerintah Indonesia tidak leluasa bertindak.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement