Jumat 05 Aug 2016 17:38 WIB

Masyarakat Diminta Tenang Hadapi Nabi Palsu

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Ilham
Nabi Palsu (ilustrasi)
Foto: Republika/Mardiah
Nabi Palsu (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Bidang Pemberdayaan Umat DPP PKS Hilman Rosyad mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak resah dengan adanya oknum nabi palsu yang muncul di daerah Karawang. Sebab, Islam meyakini nabi terakhir adalah Nabi Muhammad SAW.

"Umat Islam jangan diresahkan dengan berita begitu. Cek dulu benar atau tidak, kita sebagai umat Islam sudah berdasarkan kesepakatan aqidah ahlussunah wal jamaah, nabi akhir zaman adalah Muhammad, Rasulullah SAW," katanya, Jumat, (5/8).

Siapapun yang mengaku nabi atau tidak mengaku nabi, namun diperlakukan laiknya nabi tetap harus ditindaklanjuti. Namun, adanya oknum yang mengaku nabi akan memberikan setidaknya dua dampak.

"Pertama, yang paling umum itu adanya iuran, ada tarikan dana dari pengikutnya atas nama kenabiannya itu, atau bentuknya penipuan. Penarikan dana sebuah konsekuensi dampak paling awal, masyarakat yang terjebak dirugikan dari sisi ekonominya," jelas Hilman.

Kedua, dampak yang lebih besar ialah terjadi ketidakharmonisan si oknum beserta pengikutnya dengan orang terdekatnya atau lingkungan sekitarnya. Dampak yang lebih besar, demotivasi dalam kehidupan.

Dia menjelaskan, Nabi Muhammad SAW menciptakan harmonisasi kehidupan ketika menyebarkan Islam. Sebetulnya dari keberadaan nabi palsu hal yang paling terasa disharmoni, di masyarakat dan keluarga. "Ini jadi masalah, dia jadi berbeda dan eksklusif. Bukan semakin baik tapi semakin buruk," kata Hilman.

Seperti diketahui, Abdul Muhjib diamankan petugas, sebab ia diduga mengaku sebagai nabi. Bahkan ia menjual tiket ke surga seharga Rp 2 juta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement