Rabu 03 Aug 2016 23:07 WIB

PAN Nilai Perombakan Kabinet Berikan Angin Segar Perekonomian

Wasekjen DPP PAN, Dipo Ilham
Foto: IST
Wasekjen DPP PAN, Dipo Ilham

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wasekjen DPP PAN, Dipo Ilham mengapresiasi hasil perombakan kabinet yang dilakukan Presiden Jokowi. Menurut Dipo, komposisi menteri setelah perombakan kabinet lebih ideal, tepat, dan lebih kuat. Terlebih poros tim ekonomi yang berkelas.

Sebab, kata dia, sejumlah indikator ekonomi yang ada selama ini masih pesimistis dan kurang meyakinkan perlu dipacu lagi agar lebih mumpuni, termasuk mengembalikan performa ke arah optimistis. Performa pertumbuhan ekonomi Indonesia tak sampai lima persen, tepatnya turun ke level 4,9 persen pada kuartal I tahun 2016 ketimbang kurtal sebelumnya yang mencapai sekitar lima persen.

Bahkan, sebelumnya juga lembaga ternama Standar & Poor’s sempat menurunkan catatan investasi Indonesia ke level pesimistis. “Komposisi reshuffle kali ini lebih meyakinkan dan ideal ketimbang formasi poros tim ekonomi sebelum-sebelumnya. Sehingga ini menjadi angin segar memacu ekonomi ke depan agar lebih bertaji dan kembali optimistis,” ujar Dipo dalam keterangan tertulisnya, Selasa (2/8).

Politikus asal Jambi itu berpendapat, sekarang saatnya mengurangi hegemoni keriuhan perombakan kabinet dan kembali menatap tantangan krusial ke depan yang kian nyata dan harus dihadapi. Salah satunya terkait persoalan perbaikan kondisi fiskal.

"Penerimaan pajak per Juni 2016 saja baru mencapai Rp 518 triliun. Sementara target yang dipatok sangat ambisius sekitar Rp 1.360 triliun," ujar dia.

Tax Amnesty di level teknis juga sangat penting untuk diperhatikan agar tak meleset dari target dan menjadi beban bertumpuk. “Fiskal kita ini tantangan krusial. Bahkan sekalipun, ada atau tidaknya tax amnesty pun tetap menjadi keharusan untuk bekerja keras menggenjot penerimaan Negara,” kata Fungsionaris Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI) ini.

Selain perbaikan indikator ekonomi, sebenarnya  ada hal yang sangat dibutuhkan rakyat dan mendasar ialah stabilitas harga pangan dan ketersediaan lapangan kerja, karena sensitif terhadap beban rakyat serta efektivititas selusin paket kebijakan ekonomi yang tampak resisten.

Dari segi stabilitas pangan saja, ia merasa cukup miris lantaran sebelumnya stabilitas harga pangan telah gagal dikendalikan sampai-sampai pemerintah tampak kelabakan hingga perluasan zonasi impor daging sapi dan tak kalah menyedihkan muncul impor jeroan sapi maupun jeroan kerbau yang patut disayangkan. Kendati demikian, ia mengaku tetap optimis dan berharap ekonomi garuda bisa kembali pulih ke arah fundamentalnya.

“Rakyat sangat mendambakan harga pangan yang stabil dan tersedianya lapangan kerja. Salah satu pelicin itu semua, setidaknya semacam lusinan paket kebijakan yang tampak resisten dan kurang berdampak harus di evaluasi agar lebih greget. Masa sampai muncul impor jeroan sapi atau kerbau itu kan gak lucu ya,” tutup Dipo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement