Senin 01 Aug 2016 20:49 WIB

BNPT Nilai Jaringan Terorisme Tetap Ada Meski Santoso Tewas

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Bayu Hermawan
Kepala BNPT - Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Kepala BNPT - Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Suhardi Alius menilai tewasnya gembong teroris Santoso tidak sertamerta mematikan pertumbuhan kelompok-kelompok teroris baru di Tanah Air. Menurutnya ancaman terorisme ini bahkan dapat muncul di negara manapun, termasuk negara dengan teknologi yang lebih maju.

"Siapa yang jamin sudah habis? Jangankan di kota di Amerika, Eropa, negara maju sehebat Eropa Barat dengan teknologi luar biasa kebobolan juga," katanya di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin (1/8).

Suhardi menyampaikan, BNPT pun telah melakukan pemetaan terhadap kelompok atau jaringan teroris. BNPT juga akan tetap mengawasi para narapidana terorisme setelah mendapatkan program deradikalisasi.

"Napi yang sudah selesai, kita awasi kembali, jangan dilepaskan. Tadi katanya kan (Santoso) produk (deradikalisasi), ya itu dilepas lagi. Mungkin bisa secara intens kita bisa monitor, audiensi, dengan sentuhan-sentuhan persuasif," jelasnya.

Ia menjelaskan, ideologi terorisme tak mudah diubah begitu saja. Meskipun para narapidana kasus terorisme telah mengikuti proses deradikalisasi, namun program tersebut tak menjamin dapat mengubah pemahaman atau ideologi mereka. Karena itu, selain tetap menggandeng organisasi dan ulama untuk mengurangi ideologi yang radikal, BNPT juga akan tetap mengawasi para mantan narapidana terorisme tersebut.

Dalam pertemuannya dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), Suhardi melaporkan jabatan barunya sebagai kepala BNPT. Menurut dia, JK memberikan arahan dan tugas-tugas BNPT untuk menanggulangi terorisme. Ia mengatakan, untuk mencapai hal tersebut, perlu melibatkan seluruh kementerian terkait serta organisasi dan tokoh masyarakat.

"Dengan ini tolong dibangun komunikasi semua kementerian dilibatkan dan beliau juga memberikan semacam guidance kepada kita tentunya latar belakang hulu dari permasalahan terorisme di masing-masing negara berbeda, termasuk juga di Indonesia. Kita akan lebih banyak di masalah ideologis. Oleh sebab itu, sentuhan-sentuhannya harus begitu," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement