REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Kemanan Mahfud MD mengatakan pemerintah masih mengejar pelaku pembantaian melaui tim atau Satgas Operasi Tinombala. Operasi Tinombala merupakan operasi antiterorisme yang melibatkan Polri dan TNI di Kabupaten Poso yang berlangsung sejak 2016.
"Pemerintah juga sudah melakukan langkah-langkah untuk melakukan pengejaran, tadi tim Tinombala sudah menyampaikan tahap tahap yang dilakukan untuk mengejar pelaku dan melakukan isolasi serta pengepungan terhadap tempat yang dicurigai ada kaitan dengan para pelaku," kata Mahfud dalam keterangan pers, Ahad (29/11).
Mahfud mengatakan, pelaku pembantaian ditengarai sebagai sisa-sia kelompok Santoso atau biasa dikenal Mujahidin Indonesia Timur (MIT). "Memang pelakunya adalah Mujahidin Indonesia Timur. Kelompok Mujahidin Indonesia Timur ini adalah sisa sisa kelompok Santoso yang sekarang masih tersisa beberapa orang lagi, dan operasi Tinombala, atau Satgas Tinombala sedang mengejar sekarang," ujar Mahfud.
Mujahidin Indonesia Timur (MIT) merupakan kelompok militan di Poso yang bersumpah setia pada ISIS. Setelah Santoso meninggal pada 2016, MIT dipimpin oleh Ali Kalora.
Pada kesempatan itu, Mahfud juga mengutuk keras insiden pembantaian di Sigi, Sulawesi Tengah. Ia menyampaikan pesan duka kepada korban dan keluarga atas kejadian yang menyebabkan empat orang terbunuh.
Ia meminta para pemimpin umat beragama khususnya di Sulawesi Tengah, agar tetap menjalin silaturahim. Langkah ini diharapkan dapat menghindarkan masyarakat dari provokasi isu SARA.
Mahfud mengatakan, sejatinya agama apapun hadir untuk membangun perdamaian. "Agar terus melakukan silaturahim, untuk tidak terprovokasi oleh isu-isu sara. Karena sebenarnya yang terjadi bukan disebuah gereja, tetapi memang di sebuah tempat yang selama ini secara tidak rutin menjadi tempat pelayanan umat. Tetapi pelakunya memang Mujahidin Indonesia Timur," ujar Mahfud.