Ahad 31 Jul 2016 09:00 WIB

Golkar Jabar Minta Anggota Dewannya Harus Sering Menginap di Rumah Warga

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Bilal Ramadhan
 Ketua DPD Golkar Jabar, Dedi Mulyadi. (Republika/Ita Nina Winarsih)
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Ketua DPD Golkar Jabar, Dedi Mulyadi. (Republika/Ita Nina Winarsih)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Ketua DPD I Partai Golkar Jabar, Dedi Mulyadi, menginstruksikan seluruh anggota dewan di daerah mau pun provinsi yang berasal dari Fraksi Partai Golkar untuk secara rutin menginap di rumah warga miskin. Terutama, warga miskin yang berada di daerah pemilihannya.

Menurut Dedi, hal tersebut dilakukan agar anggota dewan tahu secara langsung yang menjadi permasalahan warga. Sehingga, sebagai wakil rakyat bisa memperjuangkannya sebagai solusi di kemudian hari.

“Mulai sekarang saya wajibkan anggota dewan daerah dan provinsi untuk sepekan dua kali tinggal di rumah penduduk daerah pemilihannya. Menginap di rumah orang miskin, janda tua, atau anak yatim,” ujar Dedi, kepada wartawan akhir pekan lalu.

Menurut Dedi, langkah tersebut adalah bagian dari ‘study banding’ untuk segera dicarikan solusi jangka pendek. Jadi, tak perlu jalan-jalan ke Bali atau Singapura.

"Cukup rasakan bagaimana kasurnya orang miskin, bagaimana kondisi air yang mereka gunakan, bagaimana mereka makan, dan bagaimana mereka hidup,” katanya.

Dedi mengatakan, para anggota Partai Golkar Jabar diharuskan hadir bukan hanya mewakili partai atau organisasi. Namun, diharuskan hadir sebagai figure atau individu yang bercitra postif di mata masyrakat.

Saat ini, kata Dedi, Ia masih mendengar banyak dari anggota dewan atau pejabat yang kurang peduli pada daerahnya sendiri. Bahkan, dengan tetangga pun tidak akrab dan terkesan acuh.

“Saya sering kali dengar ada pejabat atau anggota dewan yang keluar rumah saja acuh, tertutup, dan kaca mobil ditutup rapat," katanya.

Hal itu, kata dia, tidak hanya berpengaruh pada individu tapi pada citra partai pun akan jelek. Dedi menilai, kunjungan tersebut harus dilakukan sejak dini dan jangan menunggu hingga detik-detik menuju kampanye. Meski dirasa berat bagi sebagian orang namun hal tersebut harus dilakukan agar para keder bisa lebih dekat dan jeli dalam menanggapi gejolak social di masyrakat.

“Memang capek dan bisa kalah dari orang yang tebar uang Rp 50ribua’an saat kampanye," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement