Kamis 28 Jul 2016 08:24 WIB

Sarjana Pengangguran dan Kisah Empat Pemuda Pulau Kumala

Red: M Akbar
Pengangguran (ilustrasi)

Selama ini jika orang Kalimantan ingin melakukan test TOEFL dan IELTS untuk melanjutkan studi atau kerja, harus ke Jakarta atau pulau Jawa. Lembaga test Toefl dan Ielts di Kaltim belum ada. Bahkan mungkin se Kalimantan belum ada juga. Miris!

Atas konidis itu, mereka memprioritaskan memenuhi kebutuhan itu dulu. Seiring jalan membangun Pulau Bahasa dan wisata edukasi bertaraf internasional. 

Awalnya, mereka mendapat kesulitan dukungan. Untung saja, Bupati Tenggarong Rita Widyasari, membantunya. Walau belum maksimal. Naifnya, Rita rela mengeluarkan Rp 38 miliar hanya untuk memberangkatkan 40 guru dan lima PNS Disdik ke Cambridge University. Mereka mengikuti pelatihan selama enam minggu dari dosen-dosen di Cambridge University. Enam minggu dengan dana puluhan miliar! Bagaimana mau maksimal hanya belajar enam minggu? Entah sejauh mana manfaatnya.

Sedang empat pemuda itu, masih berkeliling mencari supporting ke sana ke mari. Sudah amat banyak modal finansial dan non finansial dikeluakan mereka sendiri. Aih, sungguh miris mendengar perjuangannya. Malu dengan kegigihannya. Padahal potensi mereka luar biasa.

Bahkan, para peserta didik mereka yang masih SMA begitu fasih dan gembira. Sampai peserta bilang, ''Coba di sekolah ada metode kayak di Kumala gini.'' Ini adalah tamparan keras bagi dunia pendidikan kita. Metode pengajaran di sekolah reguler kaku, membosankan dan memaksa. Beda dengan Kumala.

Metode Kumala Engslish Island variatif, menarik, unik. Habis Subuh ada senam lidah. Malamnya bedah film, bedah musik, dengan bahasa Inggris. Proses belajar dikemas suasana informal ciamik, berinteraksi langsung dengan alam. Warga sekitar juga dilibatkan, diberdayakan.

Dari tulisan Qamara dan kisah Ali, membuat hati masygul. Fakta-fakta ketidak merataan pembangunan SDA dan SDM terus terjadi. Kerusakan sosial makin mengerikan. Sedang para generasi, para pemuda inovatif yang ingin berbuat bagi negerinya, tetapi minim dukungan. Padahal dua dari empat pemuda itu belum lama lulus. Dua lainnya masih kuliah di Universitas Mulawarman, Samarinda. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement